Dalam pidatonya, Jeenbekov meminta aparat keamanan untuk menahan tembakan ke arah demonstran agar tidak ada korban jiwa maupun luka.
"Tadi malam, sejumlah kekuatan politik berusaha merebut kekuasaan negara secara ilegal. Mereka menggunakan hasil pemilu sebagai kedok. Mereka telah melanggar ketertiban umum," kata Jeebenkov, dikutip dari laman TASS.
"Mereka telah mengabaikan arahan petugas, memukuli dokter, dan merusak bangunan. Saya memerintahkan aparat penegak hukum untuk tidak melepaskan senjata dan tidak menumpahkan darah warga," sambungnya.
Jeebenkov menegaskan bahwa pihaknya sedang berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah meningkatnya ketegangan, terutama di sekitar gedung parlemen di Bishkek.
Pada Minggu 4 Oktober, Kirgistan menggelar pemilu parlemen. Hanya empat dari total 16 partai politik yang melewati ambang batas tujuh persen untuk bisa masuk ke parlemen.
Keempat partai itu disebut-sebut memiliki kedekatan dengan Jeebenkov. Karena tidak adanya mayoritas, keempatnya harus membentuk koalisi.
Ribuan warga yang mengecam adanya kecurangan dalam pemilu Kirgistan turun ke jalanan ibu kota. Banyak dari mereka yang mengepung dan menyerbu gedung parlemen. Polisi menggunakan gas air mata, meriam air, dan juga granat kejut dalam upaya membubarkan massa.
Video di media sosial memperlihatkan pedemo berada di kompleks parlemen. Sebagian dari mereka memanjat pagar, dan sebagian lainnya mendorong pintu gerbang utama. Asap kemudian terlihat mengepul dari area gedung.
Sekitar 120 orang dilaporkan terluka dalam bentrokan pada Senin, yang sebagiannya adalah aparat penegak hukum.
Kementerian Kesehatan Kirgistan mengonfirmasi adanya sejumlah orang yang terluka serius dalam bentrokan, namun tidak ada satu pun kematian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News