Sebagian gedung parlemen terbakar dalam aksi protes pada Senin, 5 Oktober. Satu hari sebelumnya, bentrokan sempat terjadi antar pengunjuk rasa dengan polisi, yang menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan massa.
Bentrokan dipicu tudingan adanya kecurangan dalam pemilu parlemen Kirgistan. Usai pemilu hanya empat dari 16 partai politik di Kirgistan yang melewati ambang batas 7 persen untuk bisa masuk ke parlemen.
Dikutip dari laman BBC pada Selasa, 6 Oktober 2020, tiga dari empat partai tersebut memiliki hubungan dekat dengan Presiden Kirgistan Sooronbai Jeenbekov.
Selain gas air mata dan meriam air, polisi juga menggunakan granat kejut untuk membubarkan ratusan hingga ribuan demonstran di lapangan Ala-Too. Setelah sempat bubar, para pengunjuk rasa kembali ke pusat lapangan dan menyerbu gedung parlemen.
Video di media sosial memperlihatkan pedemo berada di kompleks parlemen. Sebagian dari mereka memanjat pagar, dan sebagian lainnya mendorong pintu gerbang utama. Asap kemudian terlihat mengepul dari area gedung.
Sekitar 120 orang dilaporkan terluka dalam bentrokan pada Senin, yang sebagiannya adalah aparat penegak hukum.
Kementerian Kesehatan Kirgistan mengonfirmasi adanya sejumlah orang yang terluka serius dalam bentrokan, namun tidak ada satu pun kematian.
Dalam aksi bentrokan, sejumlah demonstran membebaskan mantan presiden Kirgistan Almazbe Atambayev yang sempat ditahan di pusat penahanan di Badan Keamanan Nasional Kirgistan. Ia ditahan sembari menanti persidangan kasus dugaan korupsi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News