Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe. (ARUN SANKAR/AFP/Getty)
Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe. (ARUN SANKAR/AFP/Getty)

Presiden Sri Lanka: Belum Saatnya Bagi Rajapaksa untuk Pulang

Willy Haryono • 01 Agustus 2022 10:17
Kolombo: Presiden baru Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, mengatakan bahwa saat ini bukan waktu yang tepat bagi Gotabaya Rajapaksa untuk pulang ke negaranya. Kepulangan mantan presiden itu dikhawatirkan dapat memperburuk ketegangan politik di Sri Lanka.
 
"Saya rasa belum saatya bagi dia untuk pulang," kata Wickremesinghe dalam wawancara bersama Journal.
 
"Sejauh ini tidak ada indikasi dirinya akan kembali dalam waktu dekat," sambung dia, dikutip dari laman The New Arab, Senin, 1 Agustus 2022.

Gotabaya Rajapaksa, yang terus menghadapi seruan mundur dari masyarakat di tengah krisis ekonomi, melarikan diri dari Sri Lanka pada 13 Juli. Awalnya ia kabur ke Maladewa, dan setelah itu berpindah ke Singapura.
 
Di Singapura, Rajapaksa resmi menyatakan pengunduran dirinya. Wickremesinghe pun menjadi pelaksana tugas presiden, sebelum akhirnya menduduki posisi kepala negara secara permanen lewat pemungutan suara di parlemen Sri Lanka.
 
Menurut laporan Journal, Wickremesinghe masih berkoordinasi dengan Rajapaksa dalam menangani isu-isu serah terima jabatan administratif dan urusan pemerintah lainnya.
 
Sebelumnya, Wickremesinghe mengatakan bahwa kesepakatan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk membantu negaranya keluar dari krisis ekonomi ditunda hingga September mendatang karena terjadinya kerusuhan dalam beberapa pekan terakhir.
 
Dalam pidato pertamanya sejak parlemen memilihnya sebagai presiden, Wickremesinghe mengatakan bahwa dirinya mengupayakan kesepakatan dengan IMF tercapai pada awal Agustus. Namun karena adanya aksi protes, jadwalnya terpaksa mundur hingga satu bulan.
 
April lalu, Sri Lanka mengumumkan penangguhan pembayaran utang luar negeri karena kekurangan mata uang asing. Negara pulau itu memiliki utang luar negeri sebesar USD51 miliar, di mana USD28 miliar harus dibayar pada 2027.
 
Krisis mata uang asing berujung pada berkurangnya barang-barang kebutuhan pokok di Sri Lanka, termasuk makanan, bahan bakar, obat-obatan, gas untuk memasak, dan lain sebagainya.
 
Jumat kemarin, Wickremesinghe menuliskan surat kepada 225 anggota parlemen Sri Lanka untuk bergabung dengan dirinya dalam pemerintahan multi partai.
 
Ia menekankan kembali bahwa menyalahkan Rajapaksa atas krisis ekonomi akut tidak akan menyelesaikan masalah. Alih-alih hal tersebut, Wickremesinghe mengajak semua politisi dan masyarakat untuk bersatu dan mencegah Sri Lanka terjatuh lebih dalam.
 
Baca:  Kesepakatan Sri Lanka dengan IMF Tertunda Akibat Kerusuhan
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan