Pemimpin negara tetangga Mikronesia menambahkan suaranya yang mengungkapkan kegelisahan. Mereka memperingatkan bahwa pakta itu dapat kembali melihat kawasan Pasifik Selatan menjadi medan pertempuran bagi kekuatan yang jauh lebih besar.
Pemerintah Kepulauan Solomon mengatakan, rancangan perjanjian pakta keamanan baru telah diparaf oleh perwakilan dari Kepulauan Solomon dan Tiongkok. Nantinya akan segera 'dibersihkan' dan ditandatangani.
"Bertentangan dengan informasi yang salah yang dipromosikan oleh komentator anti-pemerintah, perjanjian itu tidak mengundang Tiongkok untuk mendirikan pangkalan militer," kata pernyataan pemerintah Kepulauan Solomon, dilansir dari ABC News, Jumat, 1 April 2022.
"Pemerintah sadar akan konsekuensi keamanan dari menjadi tuan rumah pangkalan militer, dan tidak akan gegabah untuk membiarkan inisiatif semacam itu terjadi di bawah pengawasannya," sambung mereka.
Baca juga: Kepulauan Solomon Bantah Ditekan Tiongkok untuk Bangun Pangkalan Militer
Pernyataan itu tampaknya lebih tegas. Pernyataan tersebut mengesampingkan kemungkinan dibangunnya pangkalan militer Tiongkok, setelah Perdana Menteri Manasseh Sogavare sebelumnya menyebutkan berniat meminta Tiongkok untuk membangun pangkalan.
Sogavare mengatakan bangsanya hanya mencari perdamaian dan kemakmuran, mengutip mantra kebijakan luar negerinya.
"Kami adalah teman untuk semua dan tidak ada musuh." Dia mengatakan itu bukan kesepakatan rahasia tapi masalah kedaulatan," tutur Sograve.
Di bawah ketentuan rancangan perjanjian, Tiongkok dapat mengirim polisi, personel militer dan angkatan bersenjata lainnya ke Kepulauan Solomon 'untuk membantu menjaga ketertiban sosial'.
Lewat perjanjian itu juga juga bisa mengirim kapal perang ke pulau-pulau untuk persinggahan dan untuk mengisi kembali pasokan, yang telah menyebabkan spekulasi tentang kemungkinan Tiongkok membangun pangkalan angkatan laut di pulau-pulau Pasifik Selatan.
Presiden Mikronesia David Panuelo menulis surat kepada Sogavare yang mengatakan Mikronesia memiliki keprihatinan keamanan yang serius tentang pengaturan baru dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Dia mengatakan kedua negara kecil itu telah menjadi medan pertempuran selama Perang Dunia II dan itu bisa terjadi lagi ketika Tiongkok, Amerika Serikat, dan Australia menegaskan diri mereka di wilayah tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News