Partai politik oposisi Samagi Jana Balawegaya dan partai Marxis seperti Janatha Vimukthi Peramuna mengatakan, mereka akan mengajukan tuntutan korupsi terhadap Rajapaksa jika dia berada di Sri Lanka.
Aliansi Nasional Tamil yang mewakili orang Tamil, minoritas terbesar di Sri Lanka, telah menuntut agar Rajapaksa diadili atas tuduhan kejahatan perang yang dilakukan dalam penumpasan militer terhadap pemberontak Tamil pada 2009 ketika dia menjadi menteri pertahanan.
Baca: Singapura Perpanjang Izin Tinggal Mantan Presiden Sri Lanka. |
Para pengamat mengatakan bahwa warga Sri Lanka yang mengalami kelangkaan bahan bakar, makanan dan obat-obatan yang parah kemungkinan tidak akan menyambut Rajapaksa. Gotabaya bagi mereka adalah seorang pemimpin yang mereka gulingkan dengan protes nasional karena kebijakan keliru rezimnya dan korupsi yang menyebabkan kebangkrutan negara itu.
"Jika Gotabaya Rajapaksa kembali, akan sulit untuk membuatnya tetap aman di Sri Lanka," kata seorang analis politik yang tidak mau disebutkan namanya, seperti dikutip dari The Strait Times, Kamis 28 Juli 2022.
Rajapaksa melarikan diri dari Sri Lanka pada 13 Juli ke Maladewa dan kemudian ke Singapura. Dia tiba di Negeri Singa dalam kunjungan pribadi pada 14 Juli. Pengunduran diri presiden yang dulu populer itu secara resmi diumumkan oleh parlemen Sri Lanka sehari kemudian.
Setelah Menteri Media Bandula Gunawardana mengatakan kepada wartawan pada Selasa 26 Juli 2022 bahwa mantan presiden itu akan pulang dari Singapura, desas-desus tentang kepulangannya minggu ini menjadi makin liar di negara pulau itu.
Gunawardana, yang juga juru bicara Kabinet, mengatakan bahwa Rajapaksa "tidak bersembunyi di Singapura" dan diperkirakan akan kembali ke rumah. Namun dia tidak menjelaskan kapan kepulangan Rajapaksa.
Menteri tersebut membuat komentar ketika wartawan bertanya tentang pengaduan pidana Proyek Kebenaran dan Keadilan Internasional yang berbasis di Afrika Selatan kepada Jaksa Agung Singapura yang meminta penangkapan Rajapaksa atas tuduhan kejahatan perang.
Laporan media Sri Lanka mengklaim bahwa permintaan perpanjangan visanya ditolak oleh otoritas Singapura, mendorong diskusi tentang kepulangannya dalam waktu dekat.
Namun, The Straits Times melaporkan pada Rabu bahwa pihak berwenang Singapura telah memberikan perpanjangan 14 hari untuk izin kunjungan jangka pendek yang dikeluarkan Rajapaksa ketika dia tiba.
Banyak pengunjuk rasa, termasuk petani, guru, siswa dan biksu, mengatakan Rajapaksa dan saudara-saudaranya salah menangani keuangan negara, yang menyebabkan melonjaknya harga barang-barang penting. Inflasi sekarang hampir 55 persen dan inflasi makanan telah melampaui 80 persen.
"Sikap kami sangat jelas: Gota harus dibawa ke pengadilan dan keluarganya harus dipaksa untuk membayar kembali uang yang mereka penggelapan," kata pengunjuk rasa Chameera Dedduwage. Dia telah melakukan agitasi sejak April dengan ribuan orang di lokasi demonstrasi "Gota Go Village" di tepi pantai Galle Face di Kolombo.
Protes telah berkurang sejak Parlemen memilih Ranil Wickremesinghe sebagai presiden pada 20 Juli. Dia telah memberlakukan keadaan darurat nasional yang memberdayakan pasukan keamanan untuk menahan warga tanpa surat perintah.
Sebelum fajar pada 25 Juli, beberapa jam sebelum Kabinet baru dilantik, pasukan keamanan menyerbu kamp protes di Galle Face, mengejar dan memukuli pengunjuk rasa. Sejak itu, polisi telah menangkap setidaknya lima aktivis kunci, termasuk pemimpin serikat mahasiswa.
Para pengunjuk rasa mengatakan sebagian besar warga Sri Lanka lelah dan takut saat ini.
"Tindakan keras tampaknya bertujuan untuk menargetkan tokoh-tokoh terkemuka tetapi apa yang tidak mereka pahami adalah bahwa kami tidak pernah memiliki atau membutuhkan pemimpin (protes). Satu-satunya hal yang akan dicapai tindakan keras itu adalah memperlambat gelombang berikutnya," kata Dedduwage.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News