Warga Korea Selatan (Korsel) memberikan suaranya dalam pemilu yang dilakukan saat pandemi covid-19. Foto: AFP
Warga Korea Selatan (Korsel) memberikan suaranya dalam pemilu yang dilakukan saat pandemi covid-19. Foto: AFP

Setumpuk Masalah Dihadapi Presiden Baru Korea Selatan

Medcom • 09 Maret 2022 20:06
Seoul: Sekitar 44 juta warga Korea Selatan (Korsel) ke tempat pemungutan suara (TPS) untuk memilih presiden berikutnya, Rabu, 9 Maret 2022. Pemungutan suara mengakhiri persaingan yang diwarnai sejumlah kejutan, skandal, dan kampanye kotor.
 
Pemenang Pemilu nantinya dihadapkan dengan tumpukan masalah, seperti wabah terburuk covid-19, kesenjangan, dan melonjaknya harga rumah yang menekan perekonomian keempat terbesar di Asia itu.
 
Baca: Pemilu Presiden Korea Selatan Dimulai di Tengah Gelombang Omicron.

Para pemilih juga memilih pemimpin yang diharapkan dapat memberantas korupsi, menyatukan negara yang terpecah dan politik yang terpolarisasi. Satu hal lain yang penting adalah memulai negosiasi untuk mengatasi ancaman nuklir Korea Utara yang terus berkembang.
 
Sebanyak 14 kandidat awalnya terdaftar untuk menjadi calon presiden, namun kontestasi Pemilu akhirnya menjadi persaingan ketat antara Lee Jae-myung dari Partai Demokrat yang kini berkuasa, dan Yoon Suk-yeol dari partai oposisi, Partai Kekuatan Rakyat.
 
Keduanya bersaing untuk menggantikan jabatan petahana Presiden Moon Jae-in, yang tidak lagi dapat mencalonkan diri karena presiden hanya menjabat satu periode di Korsel.  Sedangkan periode jabatan presiden baru akan dimulai 10 Mei mendatang.
 
Survei minggu lalu mengindikasikan sedikit keunggulan Yoon. Hal ini cukup mengejutkan lantaran seorang kandidat konservatif lainnya mengundurkan diri, sehingga memindahkan semua pendukungnya ke sisi Yoon. Kandidat yang mengundurkan diri sebelumnya menduduki posisi ketiga dalam survei-survei Pemilu.
 
Survei Embrain Public menunjukkan terjadinya penggabungan suara tersebut menimbulkan keunggulan bagi Yoon, yakni 47,5 persen suara. Lee memperoleh 41,5 persen dalam survei tersebut.
 
Dengan tiadanya survei dalam enam hari terakhir, kubu Yoon mengatakan pada Senin, 7 Maret 2022 bahwa pihaknya diperkirakan akan menang dengan margin 10 persen, dan pihak Lee memprediksi akan unggul 1-2 persen.
 
Sebagai mantan jaksa agung, Yoon berjanji untuk melawan korupsi, menegakkan keadilan dan meningkatkan kesetaraan, sambil mengupayakan hubungan dengan Korea Utara dan mengembalikan hubungan dengan Tiongkok.
 
Saingannya, Lee merupakan mantan gubernur kota terpadat di Korsel, Gyeonggi, dan terkenal berkat respons agresifnya terhadap virus korona dan mendukung penetapan pendapatan dasar bagi seluruh warga.
 
Popularitas kedua kandidat setara dengan skandal, kampanye kotor, dan isu-isu terkait para calon presiden. Publik menyebutnya sebagai “Pemilu yang paling tidak disukai”.
 
Korsel mencatat rekor tertinggi harian dengan 342.446 kasus baru covid-19 baru pada Rabu. Tetapi lonjakan kasus hampir tidak dilihat sebagai masalah untuk pelaksanaan Pemilu, meski timbul perdebatan seputar pemberian kompensasi bagi warga ataupun bisnis.
 
Dengan adanya lebih dari 1 juta pasien covid-19 yang isolasi di rumah, pihak pengurus Pemilu segera memperketat prosedur pemungutan suara bagi para pasien pada hari Senin di tengah kegemparan atas pelanggaran saat awal pemungutan suara.
 
Dalam Pemilu khusus bagi pemilih yang terjangkit covid-19, beberapa pemilih melaporkan bahwa mereka memperoleh kertas pemungutan suara bekas. Petugas Pemilu tampak mengumpulkan surat suara dan membawanya dalam tas belanja atau ember plastik untuk dimasukkan ke dalam kotak suara.
 
Pihak berwenang menyebut tidak menemukan adanya bukti kecurangan Pemilu, tapi kekacauan yang timbul mengancam sejarah demokrasi Korsel yang memiliki rekam jejak pemilihan ketat dan transparan selama 35 tahun. Korsel juga secara keseluruhan sukses dalam penanganan covid-19. (Kaylina Ivani)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan