Salah satu bangunan yang roboh di lokasi gempa bumi Jepang di Wajima, prefektur Ishikawa, Jepang. (AFP/Toshifumi Kitamura)
Salah satu bangunan yang roboh di lokasi gempa bumi Jepang di Wajima, prefektur Ishikawa, Jepang. (AFP/Toshifumi Kitamura)

Korban Tewas Gempa Jepang 98 Orang, 211 Masih Hilang

Willy Haryono • 06 Januari 2024 09:18
Tokyo: Tim penyelamat menelusuri puing-puing sepanjang hari Sabtu, 6 Januari 2024, ketika fokus beralih pada penemuan jenazah ketimbang menemukan korban selamat, lima hari setelah gempa bumi besar melanda Jepang tengah, dengan 98 orang dipastikan tewas.
 
Jumlah korban tewas akibat gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,5 di Hari Tahun Baru 2024 diperkirakan meningkat, dengan 211 orang di wilayah Ishikawa di pulau utama Honshu Jepang masih belum ditemukan, kata pihak berwenang.
 
Pekerjaan ribuan petugas penyelamat terhambat cuaca buruk – diperkirakan akan turun salju hari Minggu besok – dan jalan-jalan terkoyak retakan menganga serta tertimpa pohon dan bebatuan.

Dua wanita lanjut usia ditarik dari reruntuhan rumah mereka pada hari Kamis, namun sejak itu tidak ada lagi kabar mengenai penemuan penyintas.
 
Di Suzu, di mana puluhan rumah berada dalam reruntuhan, seekor anjing menggonggong saat tim AFP memfilmkan operasi pembersihan pada hari Jumat, yang merupakan tanda adanya penemuan korban gempa.
 
"Pelatihan anjing penyelamat bencana dimulai dengan sesuatu yang mirip dengan permainan petak umpet," kata pelatih anjing, Masayo Kikuchi, kepada kantor berita AFP.
 
"Akhirnya mereka dilatih menggonggong saat melihat ada orang di bawah reruntuhan," sambungnya.
 
Rumah-rumah yang berisi korban jiwa yang ditemukan akan ditandai dan dibiarkan begitu saja sampai petugas koroner dapat datang bersama kerabatnya untuk mengidentifikasi jenazah tersebut.
 
Di kota pelabuhan, perahu nelayan tenggelam atau terangkat seperti mainan ke area pantai akibat gelombang tsunami yang juga dilaporkan menghanyutkan satu orang. Di dekat Wajima, kebakaran besar menghancurkan ratusan bangunan di hari pertama dan merobohkan gedung tujuh lantai.
 
"Saya sedang bersantai di Tahun Baru ketika gempa terjadi. Kerabat saya semua ada di sana dan kami bersenang-senang," kata Hiroyuki Hamatani, 53 tahun, di tengah mobil yang terbakar dan tiang telegraf yang tumbang.
 
"Rumahnya masih berdiri, tapi sekarang sudah jauh dari layak huni. Saya tidak punya ruang untuk memikirkan masa depan,” lanjutnya kepada AFP.

'Melakukan yang Terbaik'

Pihak berwenang mengatakan pada Sabtu pagi bahwa 211 orang belum ditemukan, turun dari jumlah sebelumnya di angka 222.
 
Jumlah korban tewas bertambah menjadi 98 dari 94, dan lebih dari 450 orang terluka. Korban tewas termasuk seorang anak sekolah menengah pertama yang sedang mengunjungi keluarganya.
 
Sekitar 23.800 rumah tangga kehilangan aliran listrik di wilayah Ishikawa, dan lebih dari 66.400 rumah tangga tak memiliki air bersih. Pemadaman listrik dan air juga berdampak pada rumah sakit dan fasilitas perawatan lansia dan penyandang cacat.
 
Lebih dari 31.400 orang telah tinggal di 357 tempat penampungan pemerintah. Banyak komunitas yang masih terisolasi.
 
"Kami melakukan yang terbaik untuk melakukan operasi penyelamatan di desa-desa terpencil/ Namun, kenyataannya isolasi tersebut belum terselesaikan sesuai keinginan kami," tutur gubernur wilayah tersebut, Hiroshi Hase.
 
Jepang mengalami ratusan gempa bumi setiap tahun dan sebagian besar tidak menyebabkan kerusakan, dengan peraturan ketat pembangunan gedung yang diterapkan selama lebih dari empat dekade.
 
Negara ini dihantui gempa bawah laut berkekuatan magnitudo 9,0 di tahun 2011, yang memicu tsunami dan menewaskan atau membuat hilang 18.500.
 
Bencana tersebut juga membanjiri pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima, memicu salah satu bencana nuklir terburuk dalam sejarah.
 
Baca juga:  Pemerintah Diminta Lindungi WNI Korban Gempa di Jepang
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan