Hal itu dilakukan untuk memprotes rencana pemerintah yang ingin meningkatkan penerimaan sekolah kedokteran secara drastis guna mengatasi kekurangan tenaga kerja di tengah masyarakat semakin menua.
Baca juga: Mogok Kerja, Dokter Korsel Keluhkan Beban Kerja yang Terlampau Berat |
Diketahui, Korsel merupakan salah satu negara dengan rasio dokter-pasien terendah di antara negara-negara maju, oleh karena itu pemerintahnya saat ini tengah berusaha keras untuk menerima 2000 mahasiswa lagi di sekolah kedokteran setiap tahunnya. Kebijakan ini diketahui akan dimulai tahun depan.
Menurut ribuan dokter yang melakukan aksi tersebut, rencana pemerintah itu akan merusak kualitas layanan kesehatan di Korsel. Aksi pengunduran diri massal oleh para dokter muda di Korea Selatan ini telah membuat banyak operasi, kemoterapi, dan operasi Caesar batal dan tertunda, membuat pemerintah terpaksa meningkatkan status waspada kesehatan masyarakat ke level tertinggi.
Baca juga: Ikuti Jepang, Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun |
Berdasarkan Undang-undang di Korea Selatan, dokter dilarang melakukan aksi mogok kerja, dan pemerintah telah mengancam akan melakukan penangkapan dan penangguhan izin praktik bagi para dokter yang menolak kembali bekerja hingga batas akhir pada Kamis, 29 Februari 2024.
"Jika para dokter muda kembali bekerja hari ini, kami tidak akan meminta pertanggungjawaban mereka," kata Menteri Kesehatan Korea Selatan Cho Kyoo-hong.
Cho mengatakan, beberapa dokter residen yang mengikuti aksi mogok kerja itu telah kembali bekerja di rumah sakit mereka masing-masing. Namun, ia mengakui bahwa para dokter yang sudah kembali bekerja ini belum terwujud dalam skala penuh.
"Karena hari ini adalah batas terakhir bagi para dokter untuk kembali bekerja, saya memohon kepada mereka kembali lah untuk para pasien," lanjut Cho.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News