Angka ini tidak sebanding dengan miliaran dolar yang dikeluarkan negara tersebut untuk mencoba membalikkan tren tersebut ketika populasi menyusut selama empat tahun berturut-turut.
Sejak 2018, Korea Selatan menjadi satu-satunya anggota Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) yang memiliki angka di bawah 1.
Pemerintah Korea Selatan telah menjadikannya sebagai prioritas nasional untuk membalikkan penurunan angka kelahiran dan pada bulan Desember berjanji akan melakukan “langkah-langkah luar biasa” untuk mengatasi situasi tersebut.
Baca: Jepang Krisis Populasi, Jumlah Kelahiran Bayi Terus Turun Delapan Tahun Terakhir. |
Sementara itu, menjelang pemilu pada April, partai-partai politik besar di Korea Selatan berjanji akan menyediakan lebih banyak perumahan umum dan pinjaman yang lebih mudah dalam upaya membendung penurunan populasi, dengan tujuan untuk menghilangkan ketakutan akan “kepunahan nasional” seiring dengan menurunnya tingkat kesuburan.
Dilansir dari Malay Mail, Rabu, 28 Februari 2024, fokus partai-partai tersebut pada jumlah penduduk dalam rencana pemilu mereka mencerminkan meningkatnya kekhawatiran setelah pengeluaran lebih dari 360 triliun won, untuk bidang-bidang seperti subsidi penitipan anak sejak tahun 2006 gagal membalikkan rekor tingkat kesuburan yang rendah.
Menikah dipandang sebagai prasyarat untuk memiliki anak di Korea Selatan, namun pernikahan juga mengalami penurunan di negara dengan beban keuangan tinggi yang disebut-sebut sebagai alasan utamanya.
Korea Selatan bukan satu-satunya negara di kawasan ini yang berjuang melawan populasi yang menua dengan cepat. Tingkat kesuburan di negara tetangga, Jepang, mencapai rekor terendah yaitu 1,26 pada 2022, sementara Tiongkok mencatat 1,09, yang juga merupakan rekor terendah.
Di Korea Selatan, ibu kotanya, Seoul, memiliki tingkat kesuburan terendah yaitu 0,55 pada tahun lalu.
Sebelumnya, Korea Selatan memproyeksikan tingkat kesuburannya kemungkinan akan turun lebih jauh menjadi 0,68 pada 2024.
Angka kelahiran Jepang
Sebelumnya disebutkan, angka kelahiran bayi di Jepang turun selama delapan tahun berturut-turut ke rekor terendah baru pada 2023. Ini muncul dari data awal pemerintah yang dikeluarkan pada Selasa 27 Februari 2024.Berdasarkan data ini menggarisbawahi tugas berat yang dihadapi negara ini dalam upaya membendung depopulasi.
Pemerintah Jepang menyebutkan, jumlah kelahiran turun 5,1 persen dari tahun sebelumnya menjadi 758.631, sementara jumlah perkawinan turun 5,9 persen menjadi 489.281.
Jepang menambahkan, pertama kalinya dalam 90 tahun jumlahnya turun di bawah 500.000 dan menandakan penurunan lebih lanjut dalam jumlah penduduk. Ini menunjukkan bahwa kelahiran dalam pernikahan jarang terjadi di Jepang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News