Tiongkok menolak untuk mendukung atau mengutuk sekutu dekatnya Moskow, sambil menyalahkan Amerika Serikat (AS). Mereka juga menyalahkan ekspansi ke timur NATO yang memperburuk ketegangan.
Ini adalah pandangan yang bergema di seluruh surat kabar dan televisi pemerintah - serta media sosial - di lingkungan berita yang dikontrol ketat di Tiongkok.
Ketika Putin mengumumkan serangan ke Ukraina pada 24 Februari, kantor berita resmi Tiongkok, Xinhua, menyatakan bahwa itu adalah "operasi militer" dan bahwa Moskow "tidak berniat" menduduki wilayah Ukraina.
Beberapa hari kemudian, penyiar CCTV negara menggemakan klaim palsu Rusia bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah meninggalkan Kiev.
Baca juga: Serangan Udara Rusia Hantam Apartemen di Kiev, 2 Orang Tewas
Media Negeri Tirai Bambu lainnya menyatakan, telah terjadi gelombang 'neo-Nazi' di antara tentara dan rakyat Ukraina. Klaim ini didukung Putin.
Laporan media pemerintah tentang Ukraina menghindari istilah seperti invasi, alih-alih menggambarkan situasinya sebagai konflik atau pertempuran.
"Ini bukan perjuangan untuk menemukan pesan yang tepat," kata Justyna Szczudlik, analis Tiongkok di Institut Urusan Internasional Polandia kepada AFP, Senin, 14 Maret 2022.
"Tiongkok sengaja menggunakan bahasa yang sangat kabur," tambahnya, mencatat bahwa ini untuk mengurangi risiko diplomatik dalam hubungannya dengan negara-negara Barat.
Para pejabat Tiongkok juga menolak istilah 'invasi' ketika ditanyai oleh wartawan asing. Mereka menegaskan, Beijing menghormati kedaulatan setiap negara, tapi tidak akan memihak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id