Kasus ini serupa dengan yang terjadi di Indonesia dan menyebabkan korban hingga 400 orang. Kasus penipuan online ini menjadi momok bagi kawasan Asia.
Penipuan online telah lama berada di seluruh Asia Tenggara. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, kasus serupa muncul lebih banyak lagi.
Para korban diperdagangkan dan dipaksa untuk bekerja. Mereka diiming-imingi janji palsu percintaan atau gaji tinggi.
Korban mengatakan, bepergian ke Myanmar, Kamboja, Thailand dan Laos. Mereka yang didakwa di Taiwan termasuk kepala dua jaringan penyelundupan manusia yang memasang iklan pekerjaan di media sosial dengan janji 'gaji tinggi dan pinjaman mudah'.
"Iklan tersebut menipu kaum muda yang menganggur dan mereka yang memiliki kesulitan keuangan untuk pergi ke Kamboja," kata jaksa, dilansir dari Channel News Asia, Jumat, 2 September 2022.
Baca juga: Kasus Penipuan Online Scam Tersebar di Berbagai Negara Asia Tenggara
Sesampai di sana, mereka diserahkan ke jaringan penipuan telekomunikasi dan online yang memaksa mereka untuk bekerja. Beberapa dipukuli dan dipukul dengan sengatan listrik atau ditahan untuk tebusan jika mereka menolak untuk mematuhi perintah atau berkinerja buruk.
"Para terdakwa melakukan kejahatan tanpa memperhatikan nyawa yang sangat melanggar hak asasi manusia," kata jaksa. Ia menambahkan, pelaku merusak citra internasional Taiwan.
Para tersangka juga menghadapi kejahatan terorganisir dan tuduhan perampasan kebebasan. Di antara 88 korban, 18 telah diselamatkan dari Kamboja dan dikembalikan ke Taiwan.
Bulan lalu Taiwan membentuk satuan tugas antar kementerian untuk melacak dan membantu para korban yang diperdagangkan ke dalam penipuan ruang ketel di Asia Tenggara.
Menurut Biro Investigasi Kriminal Taiwan, lebih dari 4.600 warga Taiwan yang telah melakukan perjalanan ke Kamboja selama setahun terakhir belum kembali ke rumah. Penyelidik percaya sekitar 300 dari mereka bisa menjadi korban penipuan dan jaringan perdagangan manusia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News