Mahasiswa dan pendukung partai berkuasa di Bangladesh terlibat bentrok terkait kuota pekerjaan di Dhaka, 15 Juli 2024. (AFP)
Mahasiswa dan pendukung partai berkuasa di Bangladesh terlibat bentrok terkait kuota pekerjaan di Dhaka, 15 Juli 2024. (AFP)

PM Bangladesh Salahkan Oposisi atas Bentrokan, Jam Malam Tetap Berlaku

Medcom • 23 Juli 2024 17:30

Dhaka: Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina menuding kubu oposisi sebagai penyulut dan penghasut aksi kekerasan dalam aksi protes mahasiswa yang menentang sistem kuota pekerjaan pemerintah sejak beberapa pekan terakhir. Ia menyatakan bahwa jam malam masih berlaku hingga saat ini, dan baru akan dicabut ketika situasi dan kondisi sudah membaik.

Mengutip dari Malay Mail, Selasa, 23 Juli 2024, komentar Hasina muncul sehari setelah pengadilan tertinggi Bangladesh menghapus sebagian besar kuota pekerjaan dalam sebuah keputusan pada hari Minggu.

Keputusan ini datang setelah bentrokan antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan yang memicu penutupan akses internet, pemberlakuan jam malam, dan pengerahan tentara. Data rumah sakit mencatat setidaknya 147 korban tewas akibat kekerasan terkait aksi protes kuota pekerjaan di Bangladesh.

Hasina, yang baru saja memenangkan masa jabatan keempat, mengatakan bahwa jam malam diterapkan untuk melindungi warga.

“Kami terpaksa memberlakukan jam malam untuk melindungi nyawa dan harta benda warga. Saya tidak pernah menginginkannya,” katanya.

“Kami akan mencabut jam malam setiap kali situasi menjadi lebih baik,” sambung Sheikh
Hasina.

Sistem Kuota Pekerjaan Bangladesh

Dia menyalahkan oposisi utama Partai Nasionalis Bangladesh, Partai Jamaat-e-Islami, dan sayap mahasiswa atas kerusuhan yang terjadi. Kedua partai tersebut belum memberikan komentar, namun mereka sebelumnya menuduh Hasina melakukan otoritarianisme, pelanggaran hak asasi manusia, dan penindasan terhadap kebebasan berbicara dan perbedaan pendapat. Tuduhan ini telah dibantah oleh pemerintah Hasina.

Mahkamah Agung Bangladesh memutuskan bahwa 93% pekerjaan pemerintah harus terbuka untuk kandidat berdasarkan prestasi, mengurangi kuota yang sebelumnya dialokasikan untuk keluarga pejuang kemerdekaan, perempuan, dan kelompok kurang beruntung dari 56% menjadi 7%. Para ahli menyatakan bahwa kekerasan ini dipicu oleh stagnasi pertumbuhan pekerjaan di sektor swasta dan tingginya pengangguran kaum muda Bangladesh.

Meski sebagian besar pengunjuk rasa mematuhi jam malam, mereka memberikan ultimatum 48 jam kepada pemerintah untuk memenuhi tuntutan baru, termasuk permintaan maaf dari Hasina, pemulihan internet, dan pembukaan kembali kampus. Kepolisian Dhaka melaporkan penangkapan 516 orang terkait kekerasan tersebut, dengan tiga polisi tewas dan lebih dari 1.000 orang terluka.

Perekonomian Bangladesh dengan kisaran nilai USD416 miliar telah menjadi salah satu yang tumbuh paling cepat di dunia selama bertahun-tahun. Tetapi Bangladesh menghadapi kesulitan setelah pandemi Covid-19 dan perang di Ukraina, yang memperburuk inflasi dan mendorong pemerintah mencari bantuan dari Dana Moneter Internasional (IMF). (Shofiy Nabilah)
 
Baca juga:  Protes Soal Kuota Pekerja di UEA, 57 Warga Bangladesh Dihukum Penjara


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan