Penjaga gawang dari tim nasional Myanmar Pyae Lyan Aung mencari suaka di Jepang. Foto: AFP
Penjaga gawang dari tim nasional Myanmar Pyae Lyan Aung mencari suaka di Jepang. Foto: AFP

Pesepakbola Myanmar Minta Suaka ke Jepang

Fajar Nugraha • 17 Juni 2021 11:59
Tokyo: Seorang penjaga gawang dari tim nasional Myanmar yang mendukung gerakan antikudeta selama pertandingan di luar Tokyo telah menolak untuk terbang pulang. Dia meminta suaka di Jepang.
 
Hal ini dijelaskan oleh pengacara dari Pyae Lyan Aung kepada AFP, Kamis 17 Juni. Myanmar hingga saat iniberada dalam kekacauan sejak kudeta Februari menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi.
 
Kudeta dari junta memicu protes besar dan bentrokan baru antara militer dan tentara pemberontak etnis di daerah perbatasan.

Bulan lalu, penjaga gawang pengganti Pyae Lyan Aung mengangkat hormat tiga jari saat lagu kebangsaan dimainkan sebelum kualifikasi Piala Dunia melawan Jepang.
 
Rabu malam, dia mengatakan kepada petugas imigrasi Jepang di bandara di Osaka bahwa dia tidak akan naik pesawat kembali ke Myanmar. Hal ini membenarkan laporan lokal sebelumnya.
 
"Setelah mengkonfirmasi keinginannya, kami akan melanjutkan prosedur untuk mencari status pengungsi baik di Osaka atau di Tokyo," ujar pengacaranya Shogo Watanabe kepada AFP.
 
"Sudah jelas (bahwa dia adalah seorang pengungsi politik) setelah dia memberi hormat tiga jari. Saya berharap status pengungsinya akan diakui sesegera mungkin," kata Watanabe, seraya menambahkan bahwa prosesnya bisa memakan waktu berbulan-bulan.
 
Televisi NHK menunjukkan rekaman pemain berbicara melalui penerjemah di Osaka pada Rabu malam.
 
"Jika saya kembali ke Myanmar, hidup saya akan dalam bahaya. Saya memutuskan untuk tinggal di Jepang," rekaman yang disiarkan oleh NHK menunjukkan dia mengatakan melalui penerjemah di bandara.
 
"Pemerintah dan rakyat Jepang harus mengetahui situasi Myanmar. Saya meminta kerja sama Anda," tambahnya.
 
Salam tiga jari telah sering digunakan sebagai demonstrasi perlawanan oleh pengunjuk rasa selama demonstrasi yang telah ditindas secara brutal, dengan lebih dari 800 orang tewas dan ribuan terluka, menurut kelompok hak asasi manusia.
 

 
Pesepakbola, yang rekan satu timnya diyakini telah kembali ke rumah pada Rabu, mengatakan dia tidak akan kembali sampai pemimpin terguling Aung San Suu Kyi kembali berkuasa.
 
Namun dia mengakui kekhawatiran tentang konsekuensi dari keputusannya, menambahkan: "Jika ada bahaya yang terjadi pada rekan tim atau anggota keluarga saya, saya akan kembali ke Myanmar untuk ditangkap."
 
Badan imigrasi Jepang tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar.
 
Jepang hanya menerima beberapa permohonan suaka setiap tahun, tetapi pada Mei kementerian kehakiman mengatakan penduduk Myanmar yang sudah berada di negara itu akan dapat memperpanjang masa tinggal mereka sebagai tindakan darurat, mengingat kudeta dan kekerasan yang dihasilkan.
 
Keputusan itu datang lebih dari sebulan sebelum Jepang menjadi tuan rumah Olimpiade, dan dapat menimbulkan pertanyaan tentang apakah atlet lain mungkin mencari suaka selama Olimpiade.
 
Jepang memiliki hubungan lama dengan Myanmar dan telah menggambarkan dirinya sebagai penyedia bantuan ekonomi terbesar negara itu.
 
Setelah kudeta, Tokyo membekukan bantuan baru ke Myanmar dan menteri luar negeri telah memperingatkan bahkan proyek yang ada dapat dihentikan jika junta militer terus menggunakan kekerasan terhadap pengunjuk rasa.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan