Beijing: Tiongkok mengeklaim telah berhasil meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) yang membawa hulu ledak tiruan ke Samudra Pasifik. ICBM diluncurkan pada pukul 08:44 waktu setempat pada Rabu, 25 September 2024.
Rudal jatuh di wilayah laut yang diperkirakan,” kata kementerian pertahanan Beijing, dilansir dari BBC.
Pihak kementerian menambahkan bahwa peluncuran tersebut merupakan uji coba "rutin" dan bagian dari "pelatihan tahunan.” Jenis rudal dan lintasan penerbangannya masih belum jelas, tetapi media pemerintah Tiongkok mengatakan Beijing telah "memberi tahu negara-negara terkait sebelumnya".
Analis mengatakan deskripsi Beijing tentang uji coba tersebut sebagai "rutin" mengejutkan karena uji coba terakhir semacam itu terjadi pada 1980.
Uji coba senjata nuklir Tiongkok biasanya dilakukan di dalam negeri dan sebelumnya telah menguji coba ICBM di sebelah barat Gurun Taklamakan di wilayah Xinjiang.
Jadi ini diyakini sebagai pertama kalinya sejak tahun 1980 negara itu meluncurkan ICBM ke perairan internasional.
"Kecuali jika saya melewatkan sesuatu, saya pikir ini pada dasarnya adalah pertama kalinya hal ini terjadi - dan diumumkan seperti itu - dalam waktu yang lama," tulis Ankit Panda, seorang spesialis senjata nuklir di Carnegie Endowment for International Peace, di X.
Ia menambahkan bahwa deskripsi Beijing tentang uji coba tersebut sebagai "rutin" dan "tahunan" itu aneh, "mengingat mereka tidak melakukan hal semacam ini secara rutin atau tahunan."
Isyarat untuk AS?
Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan tidak ada kerusakan pada kapal-kapalnya hingga Rabu sore.
"Kami akan terus mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang pergerakan militer Tiongkok dan akan mengambil semua tindakan pencegahan yang memungkinkan dalam kewaspadaan dan pemantauan kami," kata kementerian tersebut, menurut penyiar Jepang NHK.
Ketika Tiongkok terakhir kali melakukan uji coba semacam itu, pada Mei 1980, ICBM tersebut terbang sejauh 9.070 km dan mendarat di Pasifik. Uji coba itu melibatkan 18 kapal angkatan laut Tiongkok dan masih dianggap sebagai salah satu misi angkatan laut terbesar Tiongkok.
"Waktu adalah segalanya," tulis Drew Thompson, peneliti tamu di Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew di Singapura, di X.
"Pernyataan Tiongkok mengklaim peluncuran tersebut tidak menargetkan negara mana pun, tetapi ada ketegangan tingkat tinggi antara Tiongkok dan Jepang, Filipina, dan tentu saja ketegangan terus-menerus dengan Taiwan."
"Peluncuran tersebut merupakan sinyal kuat yang dimaksudkan untuk mengintimidasi semua orang," tambahnya.
John Ridge, analis pertahanan yang berbasis di AS, mengatakan China dapat melakukan uji coba tersebut sebagai bentuk "berpura-pura atau memberi isyarat kepada Amerika Serikat."
Walau hubungan antara Beijing dan Washington telah membaik dalam setahun terakhir, meningkatnya ketegasan Tiongkok di kawasan tersebut tetap menjadi titik kritis.
Ketegangan meningkat antara Tiongkok dan Filipina karena kapal-kapal mereka berulang kali bertabrakan di perairan yang disengketakan. Bulan lalu, Jepang mengerahkan jet tempur setelah menuduh pesawat mata-mata Tiongkok melanggar wilayah udaranya, sebuah tindakan yang disebutnya "sama sekali tidak dapat diterima".
Klaim Beijing atas Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri telah menjadi sumber ketegangan lainnya.
Hulu Ledak Nuklir Tiongkok
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan sebelumnya pada hari Rabu bahwa Negeri Tirai Bamby telah melakukan latihan penembakan rudal "intensif" dan latihan lainnya baru-baru ini. Dalam pernyataan yang sama, kementerian tersebut mengatakan telah mendeteksi 23 pesawat militer Tiongkok yang beroperasi di sekitar Taiwan dalam "misi jarak jauh.”
Beijing secara rutin mengirim kapal dan pesawat ke perairan dan wilayah udara Taiwan dalam apa yang menurut para analis merupakan taktik "perang zona abu-abu" yang dimaksudkan untuk menormalkan serangan.
Juli tahun ini, Tiongkok menangguhkan perundingan pengendalian senjata nuklirnya dengan Washington, sebagai balasan atas penjualan senjata AS yang terus berlanjut ke Taiwan.
Tahun lalu, Beijing mengganti dua pemimpin unit Pasukan Roket Tentara Pembebasan Rakyat - unit elit yang mengelola persenjataan nuklirnya - atas tuduhan korupsi.
Dalam sebuah laporan yang diterbitkan tahun lalu, Pentagon memperkirakan bahwa Tiongkok memiliki lebih dari 500 hulu ledak nuklir operasional di gudang senjatanya, yang sekitar 350 di antaranya adalah ICBM.
Laporan itu juga memproyeksikan bahwa Tiongkok akan memiliki lebih dari 1.000 hulu ledak pada tahun 2030. Namun, jumlah tersebut masih jauh dari jumlah lebih dari 5.000 hulu ledak yang masing-masing diklaim dimiliki oleh AS dan Rusia.
Baca juga: Uji Rudal Hipersonik Menunjukkan Kemampuan Nuklir Tiongkok Lebih Maju
Cek Berita dan Artikel yang lain di