Pernyataan tersebut disampaikan Menlu Retno selaku salah satu pembicara dalam Forum Demokrasi Dunia di Seoul, Korea Selatan.
"Kita semua di sini percaya pada demokrasi, kita semua di sini juga menyadari bahwa demokrasi menghadapi banyak tantangan,” kata Menlu Retno dalam pidatonya, seraya mengajak komunitas internasional untuk memperbaiki keadaan.
"Mari kita wujudkan demokrasi yang bermanfaat bagi rakyat. Karena kepercayaan masyarakat selalu menjadi inti demokrasi dan kita semua mempunyai tanggung jawab untuk mencegah kegagalan demokrasi," tutur Menlu Retno.
Ia menjelaskan bahwa saat ini, baik demokrasi maupun teknologi digital, bersifat transformatif. Keduanya disebut mengubah cara dunia mengambil keputusan penting, terutama upaya untuk meningkatkan inklusivitas.
"Daripada menjadi ancaman terhadap demokrasi, kecerdasan buatan (AI) seharusnya meningkatkan demokrasi dalam penerapannya yang modern. Tiga langkah penting untuk memastikan tujuan ini," ucap Menlu Retno.
Pertama, lanjut dia, mendorong tata kelola digital global yang demokratis. Menurutnya, teknologi transformatif seperti AI harus dimanfaatkan oleh dan demi kepentingan banyak orancg.
"Jalan menuju tata kelola digital global harus bebas, terbuka, aman, tidak terfragmentasi, dan inklusif," kata Menlu Retno.
"Indonesia telah memperkenalkan peraturan mengenai etika AI, baik di tingkat nasional maupun di tingkat ASEAN," sambungnya.
Kecerdasan Buatan
Langkah kedua adalah menutup kesenjangan digital global. Menlu Retno menjelaskan, teknologi seperti Kecerdasan Buatan (AI) harus diperlakukan sebagai barang publik global.Namun tidak ada satu ukuran yang cocok untuk semua. Selain menjunjung tinggi hak asasi manusia, negara juga harus bisa mendapatkan akses digital yang mudah, adil, dan merata.
"Suara negara-negara berkembang, harus menjadi bagian yang hakiki dalam rangkaian pembangunan digital global," tegas Menlu Retno.
Indonesia secara aktif turut mengambil bagian dalam negosiasi Global Digital Compact dan jalur lain di PBB dan forum internasional. "Ketiga, hal ini sangat penting untuk memastikan manajemen risiko atau mitigasi risiko secara kolektif," ujarnya.
"AI bisa menjadi pedang bermata dua; Saya kira pembicara sebelumnya juga menyebutkan hal itu," terang Menlu Retno.
Selain bisa digunakan sebagai alat demokrasi, lanjut dia, AI juga bisa menjadi alat manipulasi dan disinformasi.
Menlu Retno menutup pernyataan dengan menyampaikan bahwa dunia harus bergandengan tangan untuk memupuk literasi digital serta berinovasi melawan berita palsu serta penyalahgunaan AI.
Baca juga: Menlu Retno: Pengalaman RI Buktikan Demokrasi Berfungsi dan Membuahkan Hasil
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News