Dikutip dari TRT World, sekitar 11,7 juta warga memiliki hak pilih dalam referendum Kazakhstan kali ini.
Reformasi ini, jika benar-benar terwujud di Kazakhstan, dapat memberikan modal politik bagi Tokayev untuk kembali maju ke periode kedua, walau kali ini tanpa adanya dukungan dari pendahulunya, Nursultan Nazarbayev.
Meski sudah berkuasa sejak 2019 usai mundurnya Nazarbayev, Tokayev baru muncul sebagai sosok independen tahun ini setelah mengatasi percobaan kudeta pada Januari lalu. Kala itu, ia menyingkirkan Nazarbayev beserta para kerabatanya dari pos-pos utama di pemerintahan.
Baca: Kazakhstan Akhiri Status Darurat, Operasi Anti-Teroris Tetap Berlanjut
Selain memberikan lebih banyak perwakilan di parlemen, reformasi konstitusi Kazakhstan juga dapat mencopot status "pemimpin nasional" Nazarbayev yang selama ini memberikannya banyak keuntungan untuk jangka waktu seumur hidup.
Reformasi konstitusi Kazakhstan juga dapat memberikan wewenang kepada seorang presiden untuk menunjuk hakim dan gubernur regional serta membubarkan parlemen.
Tokayev menyebut proposal reformasi ini sebagai sebuah langkah dari sistem "presidensial super" ke republik presidensial dengan parlemen yang kuat. Meski sejumlah kritikus menilai reformasi ini hanya bersifat 'kosmetik,' langkah tersebut mengindikasikan adanya perubahan dari situasi politik yang berlaku di Kazakhstan selama berdekade-dekade.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id