Orang-orang yang selamat di Ghurza berkeliaran mencari tempat berteduh. Mereka berharap bantuan akan dikirimkan melalui pesawat.
"Tidak ada selimut atau tenda, tidak ada tempat berteduh. Semua orang tergeletak di tanah terbuka," kata Zaitullah Ghurziwal, warga Ghurza yang rumahnya hancur.
Laman AFP, Jumat, 24 Juni 2022 melaporkan, Ghurziwal tinggal bersama enam keluarga lainnya di rumah tersebut. "Kami butuh makanan dan air. Seluruh sistem distribusi air kami hancur, semuanya hancur," sambung dia.
Gempa berkekuatan magnitudo 6,1 mengguncang Afghanistan pada Rabu lalu, menjadi yang paling parah melanda Provinsi Paktika.
Selain menghancurkan ribuan rumah yang terbuat dari lumpur dan bangunan lainnya, gempa juga merobohkan menara telepon seluler dan kabel listrik. Tak hanya itu, gempa juga memicu batu dan tanah longsor yang memblokir jalan pegunungan.
Bencana menimbulkan tantangan logistik besar bagi pemerintah baru Afghanistan di bawah kepemimpinan Taliban. Badan-badan bantuan internasional yang berusaha membantu juga ikut terbebani.
Baca juga: Taliban Sebut Upaya Penyelamatan Korban Gempa Hampir Selesai
Ghurza menjadi salah satu desa yang terkena dampak paling parah di wilayah Bermal. Bantuan mulai mengalih ke wilayah-wilayah itu dengan helikopter militer terlihat menjatuhkan makanan ke tempat-tempat yang sulit dijangkau.
Dengan helikopter, beberapa yang terluka juga dibawa ke urmah sakit.
Pada Rabu kemarin, penduduk desa menguburkan 60 warganya. Mereka menguburkan lagi 30 orang pada Kamis.
"Kami bahkan tidak memiliki sekop untuk menggali, tidak ada peralatan. Jadi kami menggunakan traktor," ucap Ghurizal.
Di tengah halaman, ibunya menderita luka ringan, berbaring di tempat tidur dengan melindungi diri dari matahari menggunakan selimut. Malam harinya, anak-anak berlindung dari hujan dengan mobil tanpa roda.
Seorang warga Ghurza lainnya, Nawab Khan mengatakan, ia kehilangan tujuh anggota keluarganya - istri dan enam anak. Di dekatnya didirikan tenda yang menjadi tempat berlindung 15 perempuan dan anak-anak.
Di dekatnya, ada seorang perempuan tua menggunakan gaun beludru merah. Ia mengatakan, empat kerabatnya meninggal. "Saya menguburkan mereka hari ini," kata nenek bernama Zulfana itu.
"Saya merasa tidak berdaya," pungkas dia sambil menunggu bantuan dan penyelamatan tiba.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News