Hasina telah memimpin pertumbuhan ekonomi luar biasa di Bangladesh, negara yang pernah dilanda kemiskinan ekstrem. Namun pemerintahannya dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang merajalela dan tindakan keras terhadap oposisi.
Partai Hasina, Liga Awami, hampir tidak menghadapi saingan efektif dalam perolehan kursi dalam pemilu. Namun partai tersebut menghindari mengajukan calon di beberapa kursi agar badan legislatif tidak dicap sebagai lembaga satu partai.
Partai Nasionalis Bangladesh (BNP), yang barisannya telah hancur karena penangkapan massal, memimpin pemogokan umum di akhir pekan untuk mendesak masyarakat agar tidak berpartisipasi dalam apa yang mereka sebut pemilu "palsu."
Namun Hasina, 76 tahun, mendesak masyarakat untuk memberikan suara mereka dan menunjukkan kepercayaan kepada proses demokrasi.
"BNP adalah organisasi teroris," katanya kepada awak media yang menunggu setelah ia memberikan suaranya di Dhaka City College bersama saudara perempuan dan putrinya.
"Saya mencoba yang terbaik untuk memastikan demokrasi terus berlanjut di negara ini," tambah Hasina, seperti dikutip dari The Straits Times.
Aksi Protes Oposisi
Tanda-tanda awal menunjukkan bahwa tingkat partisipasi warga dalam pemilu Bangladesh akan relatif rendah, meski terdapat banyak laporan mengenai insentif yang bertujuan untuk memperkuat legitimasi pemilu.Hanya tiga orang yang memberikan suara di 30 menit pertama pemungutan suara di salah satu TPS di ibu kota Dhaka, menurut laporan wartawan AFP.
Beberapa pemilih sebelumnya mengatakan bahwa mereka diancam dengan penyitaan kartu tunjangan pemerintah yang diperlukan untuk mengakses pembayaran kesejahteraan jika menolak memberikan suara untuk Liga Awami.
"Mereka mengatakan akan menyita itu dari saya jika saya tidak memilih," kata Lal Mia, 64 tahun, kepada AFP di distrik tengah Faridpur. "Mereka mengatakan karena pemerintah memberi kami makan, kami harus memilih mereka," sambungnya.
BNP dan partai-partai lain melancarkan aksi protes selama berbulan-bulan tahun lalu dalam menuntut Hasina mundur sebelum pemilu.
Sekitar 25.000 kader oposisi, termasuk seluruh pimpinan lokal BNP, telah ditangkap dalam tindakan keras, kata partai tersebut. Pemerintah menyebutkan angkanya berada di kisaran 11.000.
Baca juga: 4 Orang Tewas dalam Pembakaran Kereta di Bangladesh Jelang Pemilu
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News