Presiden AS Joe Biden dan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengadakan pertemuan puncak minggu lalu, di mana Biden berjanji untuk memberi Seoul lebih banyak wawasan tentang perencanaan nuklirnya atas konflik apa pun dengan Korea Utara.
Hal ini ditumbulkan karena program senjata Pyongyang dan payung nuklir Amerika.
Kedua pemimpin sepakat untuk memperkuat pertahanan Korea Selatan dan mengerahkan aset strategis AS secara teratur.
Sebagai bagian dari upaya tersebut, kapal selam rudal balistik bersenjata nuklir Angkatan Laut AS akan mengunjungi Korea Selatan untuk pertama kalinya sejak 1980-an.
Media pemerintah Korut, KCNA mengatakan, perjanjian tersebut menetapkan kesediaan sekutu untuk mengambil "tindakan paling bermusuhan dan agresif" terhadap Korea Utara, mengutip Choe Ju Hyon, yang digambarkan sebagai analis keamanan internasional.
Penempatan aset strategis Amerika telah menempatkan situasi semenanjung Korea dalam 'rawa ketidakstabilan', dan dimaksudkan untuk membangun 'blok militer yang agresif dan eksklusif' di wilayah tersebut, menurut Choe.
Baca juga: Adik Kim Jong-un Bertekad Perlihatkan Lebih Banyak Kekuatan Militer Korut
"Itu hanya bertujuan untuk menghindari tanggung jawab atas kejahatan terkait nuklir terburuk yang pernah dilakukannya dengan menghancurkan dan melanggar sistem non-proliferasi nuklir secara sistematis, dan khususnya, mendorong situasi Semenanjung Korea ke jurang perang nuklir," tulis KCNA, dikutip oleh Channel News Asia, Senin, 1 Mei 2023.
"Ini adalah tujuan jahat hegemonik yang dikejar oleh AS untuk mengubah seluruh Korea Selatan menjadi pos perang nuklir terbesarnya di Timur dan menggunakannya secara efektif untuk mencapai strateginya untuk mendominasi dunia," lanjut mereka, mengutip Choe.
Pyongyang telah bereaksi dengan marah terhadap KTT Yoon-Biden, dengan mengatakan pihaknya mengkonsolidasikan keyakinannya untuk menyempurnakan "pencegah perang nuklir".
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News