Beijing juga menyerukan secara spesifik kepada Amerika Serikat untuk memetik "pelajaran berharga" dari perang di Afghanistan yang dimulai tak lama usai serangan teror 9/11.
Baca: Peringatan 9/11, Joe Biden Minta Masyarakat AS Perlihatkan 'Persatuan'
Zhao Lijian, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, menilai perang terpanjang AS di Afghanistan sejak 2001 tidak mampu mengeliminasi ancaman teror dari berbagai grup militan. Menurutnya, jumlah organisasi teroris di Afghanistan justru bertambah setelah terjadinya invasi AS.
Pernyataan Zhao dipandang sebagai bentuk kekesalan Tiongkok terhadap AS, yang selama ini selalu mengkritik upaya antiterorisme dan deradikalisasi di Negeri Tirai Bambu, termasuk di wilayah Xinjiang.
"Teroris adalah teroris. Mengkategorikan teroris berdasarkan kepentingan politik secara esensi justru mendukung aktivitas teroris, yang cenderung mengganggu kerja sama internasional dalam melawan terorisme," kata Zhao, dilansir dari laman People's Daily Online, Sabtu, 11 September 2021.
Mengenai situasi di Afghanistan saat ini, Zhao mengatakan berakhirnya intervensi militer AS harus menjadi awal bagi Washington untuk lebih bertanggung jawab, termasuk dalam menyalurkan bantuan ekonomi dan kemanusiaan ke Kabul.
Tiongkok mendorong AS untuk lebih memprioritaskan penyaluran bantuan ke Afghanistan dibanding negara-negara lain.
Sementara mengenai Taliban, kelompok yang kini menguasai Afghanistan, Zhao meminta mereka untuk melepaskan diri dari semua organisasi teroris. Ia juga mendorong Taliban untuk aktif menumpas berbagai grup teroris di Afghanistan maupun yang datang dari beberapa negara tetangga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News