Polisi berada di lokasi penembakan di kampus Afghanistan di Kabul. Foto: AFP
Polisi berada di lokasi penembakan di kampus Afghanistan di Kabul. Foto: AFP

Korban Serangan ISIS di Universitas Afghanistan Bertambah, 22 Orang Tewas

Fajar Nugraha • 03 November 2020 07:09
Kabul: Kelompok teroris Islamic Isis (ISIS) di Afghanistan menyerbu Universitas Kabul pada Senin 2 November 2020, saat kampus menyelenggarakan pameran buku yang dihadiri oleh Duta Besar Iran. Insiden ini memicu baku tembak selama berjam-jam dan menyebabkan sedikitnya 22 orang tewas dan 22 luka-luka di negara yang dilanda perang itu.
 
Baca: Empat Orang Terluka dalam Penembakan Dekat Universitas Kabul.
 
Sebagian besar korban adalah pelajar dan ada kekhawatiran jumlah korban tewas dapat meningkat lebih jauh dengan beberapa yang terluka dikatakan berada dalam kondisi kritis.

Itu adalah serangan kedua terhadap sebuah institusi pendidikan di Kabul dalam beberapa minggu.
 
Taliban segera mengeluarkan pernyataan yang menyangkal bahwa mereka mengambil bagian dalam serangan itu. Taliban saat ini tengah melanjutkan pembicaraan damai dengan perwakilan pemerintah Kabul yang didukung AS, dengan tujuan untuk membantu Amerika Serikat akhirnya menarik diri dari Afghanistan.
 
Kemudian pada hari yang sama, ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Saat penyerangan terjadi, siswa dan guru terlihat mengungsi dari kampus tempat sekolah hukum dan jurnalisme berada, sementara granat tangan meledak dan tembakan senapan otomatis terdengar. Puluhan pasukan khusus Afghanistan mengepung kampus, menggiring guru dan siswa ke tempat yang aman.
 
“Kekacauan mereda saat matahari terbenam di atas ibu kota Afghanistan. Ketiga penyerang yang terlibat dalam serangan itu tewas,” ujar Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri, Tariq Arian, seperti dikutip AFP, Selasa 3 November 2020.
 
Menurut SITE Intelligence Group, yang memantau pesan online teroris, ISIS mengatakan mereka menargetkan "hakim dan penyelidik yang baru lulus dari pemerintah Afghanistan yang murtad" yang berkumpul di kampus.
 
Pernyataan ISIS mengklaim hanya dua teroris yang terlibat, dan memposting foto mereka, yang bertentangan dengan laporan pihak berwenang Afghanistan tentang tiga penyerang. Klaim tersebut tidak menunjukkan bahwa ISIS bermaksud menargetkan utusan Iran atau pameran buku tersebut.
 
Pekan lalu, ISIS juga mengklaim serangan brutal di pusat bimbingan di lingkungan Dasht-e-Barchi yang sebagian besar warga Syiah di ibu Kota Afghanistan yang menewaskan sedikitnya 24 siswa dan melukai lebih dari 100 lainnya pada 24 Oktober.
 
Negosiasi perdamaian antara Taliban dan pemerintah Kabul, yang dikenal sebagai pembicaraan intra-Afghanistan, adalah bagian dari kesepakatan yang ditandatangani Washington dengan pemberontak itu pada Februari. Negosiasi terjadi di negara bagian Teluk Arab di Qatar, dan dipandang sebagai peluang terbaik Afghanistan untuk berdamai, meskipun pertumpahan darah setiap hari terus berlanjut.
 
Lima jam setelah pertempuran pada Senin, ledakan granat sporadis dan tembakan senjata otomatis masih bergema di jalan-jalan kosong di sekitar kompleks berpagar universitas. Tentara Afghanistan berjaga-jaga.
 
Ahmad Samim, seorang mahasiswa, mengatakan kepada wartawan bahwa dia melihat teroris bersenjatakan pistol dan senapan serbu Kalashnikov menembak ke sekolah, sekolah tertua di negara itu dengan sekitar 17.000 siswa. Dia mengatakan serangan itu terjadi di sisi timur universitas, tempat fakultas hukum dan jurnalistik mengajar.
 
Media Afghanistan melaporkan bahwa pameran buku sedang diadakan di universitas dan dihadiri oleh sejumlah pejabat pada saat penembakan tersebut. Tidak ada pejabat yang dilaporkan terluka.
 
Sementara para pejabat Afghanistan menolak untuk membahas pameran buku tersebut, kantor berita setengah resmi ISNA Iran melaporkan pada hari Minggu bahwa Duta Besar Iran Bahador Aminian dan atase budaya Mojtaba Noroozi akan meresmikan pameran, yang menampung sekitar 40 penerbit Iran. Televisi pemerintah Iran melaporkan bahwa serangan itu terjadi, tetapi tidak memberikan informasi tentang para pejabatnya.
 
Diplomat Iran telah menjadi sasaran sebelumnya di Afghanistan, insiden yang meningkatkan ketegangan antara kedua negara. Pada tahun 1998, Iran menganggap Taliban bertanggung jawab atas kematian sembilan diplomat Iran yang bekerja di konsulatnya di Afghanistan utara, dan mengirim bala bantuan ke perbatasan Iran-Afghanistan.
 
Afiliasi ISIS di Afghanistan telah menyatakan perang terhadap minoritas Muslim Syiah di negara itu dan melancarkan lusinan serangan sejak muncul di wilayah tersebut pada tahun 2014. Serangan mengerikan awal tahun ini di rumah sakit bersalin Kabul -,juga di lingkungan Dasht-e-Barchi,-terjadi disalahkan pada ISIS. Dalam serangan itu, teroris menewaskan 25 orang, banyak di antaranya bayi dan ibu yang baru lahir.
 
Sekolah juga menjadi sasaran serangan sebelumnya. Tahun lalu, sebuah bom di luar gerbang Universitas Kabul menewaskan delapan orang. Pada 2016, orang-orang bersenjata menyerang Universitas Amerika di Kabul, menewaskan 13 orang.
 
Kekerasan tiada henti bahkan ketika pembicaraan di Qatar untuk mengakhiri lebih dari empat dekade perang di Afghanistan berjalan sangat lambat dan meskipun ada tuntutan berulang untuk pengurangan kekerasan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan