Rencana ini sebenarnya ditentang oleh warganya sendiri dan pemerintah Tiongkok.
Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi memulai lawatannya ke Jepang pada Selasa kemarin, dan dijadwalkan akan berlangsung selama empat hari. Grossi telah bertemu Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida pada Selasa kemarin.
"Ia menyampaikan laporan tinjauan keamanan pembuangan air PLTN Fukushima, yang telah dilaksanakan selama dua tahun itu," lapor AFP.
Dalam kunjungannya, kepala IAEA itu juga akan mengunjungi pembangkit listrik Fukushima hari ini, Rabu, 5 Juli 2023, seperti dilaporkan Nikkei Asia.
Selanjutnya, ia akan berkunjung ke Korea Selatan untuk menjelaskan mengenai hasil tinjauan badan internasional tersebut.
Grossi juga akan melakukan lawatan ke Selandia Baru dan Cook Island untuk berusaha mengurangi kekhawatiran kedua negara tersebut atas rencana pemerintah Negeri Sakura itu.
Sementara itu, pemerintah Jepang belum menentukan kapan dimulainya proses pembuangan air radioaktif yang sebelumnya telah diolah tersebut.
Proses pembuangan ini diprediksi akan memakan waktu selama 30 sampai 40 hari. Beberapa asosiasi nelayan Jepang telah menentang rencana pemerintah yang disusun sejak 2021.
Menurut mereka, langkah tersebut akan merusak upaya untuk memperbaiki citra produk makanan asal Jepang.
Beberapa produk makanan Jepang sempat dilarang untuk diimpor di beberapa negara, setelah tsunami menghantam Jepang pada 2011. Tsunami itu merusak pembangkit listrik yang terletak di daerah pesisir.
Tsunami yang dipicu oleh gempa bermagnitudo 9,0 itu merusak sistem pendinginan reaktor nuklir dan menyebabkan kebocoran material radioaktif.
Baca juga: Jepang Memulai Pemeriksaan Akhir Sistem Pelepasan Air Radioaktif Fukushima
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News