Sementara itu, oposisi politik bersiap mengangkat penggantinya.
Khan menuduh, Amerika Serikat (AS) bekerja di belakang layar untuk menjatuhkannya. Hal ini disebabkan AS yang tidak senang atas pilihan kebijakan luar negeri Pakistan yang dianggap kerap menguntungkan Tiongkok dan Rusia.
Namun, hal tersebut dibantah Negeri Paman Sam. Elizabeth Threlkeld, pakar Pakistan di The Stimson Center yang berbasis di AS, mengatakan bahwa bahkan sebagai perdana menteri, Khan sering memainkan peran sebagai pemimpin oposisi.
"Pemecatannya akan membawanya ke peran yang dia kenal dengan baik, dipersenjatai dengan narasi sebagai korban dari klaim tidak berdasar atas campur tangan internasional," katanya, dilansir dari New Zealand Herald, Senin, 11 April 2022.
"Pendukungnya akan tetap setia, meskipun saya berharap upaya kontroversialnya untuk tetap berkuasa dan berkurangnya dukungan militer akan kehilangan pendukungnya yang kurang berkomitmen," lanjut dia.
Baca juga: Imran Khan Digulingkan, Parlemen Pakistan Pilih PM Baru Senin Besok
Khan tampaknya memiliki beberapa pilihan ke depan.
Pemilihan umum tidak dijadwalkan sebelum Agustus 2023. Bahkan jika perdana menteri baru mendukung pemilihan awal, ini kemungkinan tidak akan terjadi sebelum Oktober.
Komisi Pemilihan Pakistan, yang mengawasi pemilihan, mengatakan kepada Mahkamah Agung pekan lalu bahwa mereka masih harus menyelesaikan penyelarasan kembali daerah pemilihan sesuai dengan hasil sensus 2017 sebelum pemilihan dapat diadakan.
Khan memenangkan pujian internasional atas penanganannya terhadap pandemi covid-19. Mereka menyebut, Khan melakukan 'penguncian pintar' di mana wabah terjadi daripada penutupan di seluruh negeri yang membantu melindungi beberapa industri seperti sektor konstruksi.
Reputasinya untuk memerangi korupsi telah menghasilkan rekor USD21 miliar dalam bentuk deposito dari orang Pakistan di luar negeri. Khan dinilai sebagai salah satu pemimpin Pakistan yang berhasil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News