Sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat, menuding terjadinya genosida terhadap Uighur di Xinjiang. Tuduhan didasarkan pada sejumlah bukti terjadinya kekerasan terhadap Uighur di sejumlah "kamp re-edikasi" di provinsi tersebut.
Investigasi media BBC mengindikasikan bahwa Uighur digunakan Tiongkok sebagai buruh. Pemerkosaan serta penyiksaan sistematis juga disebut BBC terjadi terhadap Uighur di Xinjiang.
Tiongkok telah melarang penyiaran televisi BBC World News atas investigasi tersebut. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan setidaknya satu juta Uighur ditahan di beberapa kamp, yang disebut Tiongkok merupakan pusat vokalis untuk menghapus bibit-bibit ekstremisme.
Wang membantah semua tuduhan tersebut, dan menyayangkan mengapa banyak politisi Barat lebih memilih memercayai kebohongan ketimbang kebenaran mengenai isu Uighur dan Xinjiang.
"Tuduhan genosida di Xinjiang sangat absurd. Itu merupakan rumor dengan motif tersembunyi," ujar Wang, dikutip dari situs BBC.
"Saat berbicara genosida, sebagian orang berpikir mengenai warga asli Amerika Utara di abad ke-16, budak Afrika di abad ke-19, Yahudi di abad ke-20, dan penduduk asli Australia yang masih berjuang hingga saat ini," lanjutnya.
Januari lalu, AS mengatakan bahwa genosida terhadap Uighur di Xinjiang masih berlangsung. Washington menyebut Tiongkok melakukan upaya sistematis untuk menghancurkan Uighur.
Sebelumnya, Wang Wenbin, juru bicara Kemenlu Tiongkok, berharap media-media asing dapat bersikap lebih adil dan objektif dalam memberitakan seputar Xinjiang.
Kedutaan Besar Tiongkok di Indonesia juga merespons artikel BBC mengenai pemerkosaan sistematis massal di Xinjiang, dengan menyebutnya sebagai laporan yang "sama sekali tidak sesuai fakta."
Baca: Tiongkok Berharap Media Asing Lebih Objektif Beritakan Xinjiang
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News