Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida sempat mengungkapkan keinginan menggelar pertemuan puncak dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un "tanpa prasyarat apa pun." Ia mengaku ingin meredakan ketegangan antara Korut dan Jepang.
Namun Korea Utara mengatakan pihaknya tidak berminat mengadakan pertemuan puncak dengan Jepang, dan akan menolak perundingan apa pun, yang menandakan tidak adanya perbaikan dalam hubungan kedua negara.
Choe juga mengatakan Pyongyang tidak mempunyai niat membantu menyelesaikan masalah penculikan warga Jepang di masa lalu, seraya menambahkan bahwa Korea Utara akan "merespons dengan tajam" terhadap campur tangan Jepang terhadap kedaulatan negara.
"Saya tidak mengerti mengapa dia terus-menerus berpegang pada masalah yang tidak dapat diselesaikan," kata Choe seperti dikutip KCNA, merujuk pada sikap Jepang yang menyerukan penyelesaian kasus penculikan.
Pada 2022, Korea Utara mengakui telah menculik 13 warga Jepang beberapa dekade sebelumnya. Lima korban penculikan dan keluarga mereka kemudian kembali ke Jepang, sementara yang lainnya telah meninggal dunia.
Namun, Tokyo meyakini 17 warga Jepang telah diculik Korut, dan terus menyelidiki nasib mereka yang tak kunjung kembali hingga saat ini, menurut laporan media Jepang.
Duta Besar Korea Utara untuk Tiongkok, Ri Ryong-nam, juga menegaskan tidak akan ada pertemuan di tingkat mana pun dengan Jepang.
Ri menyampaikan pernyataan tersebut, seraya menambahkan bahwa seorang pejabat di kedutaan besar Jepang di Beijing mengusulkan kontak melalui email kepada anggota dewan kedutaan Korea Utara.
"Saya menegaskan sekali lagi bahwa tidak akan ada pertemuan di tingkat mana pun antara Republik Demokratik Rakyat Korea dan pihak Jepang," tegas Ri.
Kim Yo-jong, adik perempuan Kim Jong-un, mengaku hanya akan menyambut baik perundingan hanya jika Jepang siap memulai awal baru tanpa "terobsesi masa lalu."
Hubungan keduanya tegang karena berbagai perselisihan, termasuk kasus penculikan warga negara Jepang oleh Korea Utara di awal tahun 2000-an, pendudukan Jepang di Semenanjung Korea pada 1910-1945, dan penggunaan kerja paksa serta perbudakan seksual.
Jepang dan Korea Utara juga berselisih mengenai program nuklir dan rudal Pyongyang, di mana Korea Utara melakukan sejumlah uji coba peluncuran dalam beberapa bulan terakhir, yang memicu sanksi baru dari Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Baca juga: Tolak Pertemuan Korut-Jepang, Kim Yo-jong: Tokyo Tak Punya Keberanian!
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News