Pernyataan tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong dalam KTT ASEAN-Australia di Melbourne, Senin, 4 Maret 2024.
Wong mengatakan Australia akan menginvestasikan AUD64 juta (setara Rp656 miliar) selama empat tahun, termasuk pendanaan baru senilai AUD40 juta, yang akan berkontribusi terhadap keamanan dan kemakmuran kawasan, sesuai prioritas negara-negara di Asia Tenggara.
"Kita sedang menghadapi langkah-langkah yang menggoyang stabiitas, provokatif dan koersif, termasuk perilaku tidak aman di laut dan udara," kata Wong dalam pidatonya di KTT ASEAN-Australia, seperti dilansir dari The Straits Times.
Ia menambahkan bahwa jalur laut yang bebas dan terbuka di Laut China Selatan merupakan hal penting bagi perdagangan di kawasan tersebut.
"Apa yang terjadi di Laut China Selatan, di Selat Taiwan, di subkawasan Mekong, di seluruh Indo-Pasifik, berdampak pada kita semua," lanjutnya, tanpa menyebut secara spesifik nama Tiongkok sebagai pihak yang dinilai telah bertindak semakin agresif.
Tiongkok mengeklaim hampir seluruh Laut China Selatan yang merupakan jalur perdagangan kapal tahunan senilai lebih dari USD3 triliun. Perairan ini sebagiannya juga diklaim Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
Pengadilan Arbitrase Permanen pada tahun 2016 menyatakan bahwa klaim Tiongkok di Laut China Selatan tidak memiliki dasar hukum.
Baca juga: Australia: UNCLOS Jadi Satu-satunya Wadah Selesaikan Isu Laut China Selatan
Laut China Selatan
Sementara itu Menteri Luar Negeri Filipina Enrique Manalo mengatakan Laut China Selatan memiliki kepentingan strategis dan memiliki masa depan menjanjikan."Namun, masa depan seperti itu hanya akan mungkin terjadi jika negara-negara di kawasan memutuskan menjunjung tinggi kerja sama dalam konfrontasi dan diplomasi mengenai penggunaan atau ancaman penggunaan kekuatan," tutur Manalo.
Filipina meningkatkan upaya melawan apa yang digambarkannya sebagai aktivitas agresif Tiongkok di Laut China, Selatan, yang juga menjadi titik awal ketegangan Tiongkok dan Amerika Serikat terkait operasi angkatan laut.
Manalo mengatakan pengadilan arbitrase adalah bagian dari hukum internasional, dan negara-negara di kawasan harus bersatu dalam menentang tindakan yang bertentangan atau tidak konsisten dengan putusan di tahun 2016.
Tahun lalu, Australia mengaku akan lebih banyak melakukan patroli bersama Filipina di Laut Cina Selatan.
Melbourne menjadi tuan rumah pertemuan puncak KTT ASEAN-Australia pada 4 hingga 6 Maret mendatang, menandai 50 tahun Australia sebagai mitra eksternal pertama ASEAN. (Nabila Ramadhanty Putri Darmadi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News