"Sejarah akan menjadi hakim dari proyek ini pada akhirnya, tapi saya ingin nama saya tercatat dengan jelas di antara mereka yang mengatakan itu adalah kesalahan besar," katanya, dilansir dari The Straits Times, Rabu, 15 Maret 2023.
Eks perdana menteri Partai Buruh – yang memimpin negara itu antara tahun 1991 dan 1996 – mengatakan bahwa Australia selama ini telah membabi buta mengikuti AS dan Inggris. Menurutnya, Tiongkok tidak menimbulkan ancaman militer yang nyata.
Selama ini, AUKUS dipandang sejumlah pihak sebagai skema AS, Inggris dan Australia dalam menghadapi kehadiran militer Tiongkok yang terus meningkat di kawasan Indo-Pasifik.
"Apa gunanya Tiongkok ingin menduduki Sydney dan Melbourne secara militer? Dan bisakah mereka melakukannya?" tanyanya.
"Pertanyaan itu sangat bodoh dan hampir tidak layak untuk dijawab," tegas Keating.
Ia mengatakan, Australia memulai 'perjalanan berbahaya' dan tidak perlu atas desakan AS. Hal ini hanya dapat membawa "konsekuensi mematikan" jika negara itu terjerat dalam konflik di masa depan.
"Menandatangani negara dengan kecenderungan asing dari negara lain – AS – dengan orang Inggris yang bodoh di belakang, bukanlah pemandangan indah," katanya.
Senin lalu, Australia mengumumkan akan membeli hingga lima kapal selam AS di bawah skema AUKUS dalam upaya ambisius memperkuat militer di tengah kekhawatiran kekuatan Tiongkok.
Dengan bantuan AS dan Inggris, Australia juga akan memulai rencana 30 tahun untuk membangun armada kapal selam bertenaga nuklirnya sendiri.
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan bahwa kesepakatan AUKUS adalah peningkatan militer terbesar yang pernah ada di negara itu. Sementara Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa pihaknya akan memastikan kawasan tetap "bebas dan terbuka."
Baca juga: Apa Kapal Selam AUKUS Bisa Beroperasi di Laut China Selatan? Ini Jawaban AS
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News