"Ini adalah prosedur yang hanya berlaku untuk sementara waktu," kata Zabihullah, dilansir dari laman BBC, Rabu, 25 Agustus 2021.
"Pasukan keamanan kami belum terlatih untuk menghadapi perempuan, seperti bagaimana cara berbicara dengan perempuan. Sampai nanti ada sebuah sistem yang berlaku, kami meminta perempuan untuk tinggal di dalam rumah," sambungnya.
Taliban, kelompok yang menerapkan aturan Islam dalam versi mereka di Afghanistan sebelum 2001, menguasai ibu kota Kabul hanya dalam kurun waktu 9 hari. Dalam konferensi pers beberapa hari setelahnya, Taliban berjanji akan menjadi lebih moderat dan melindungi hak-hak perempuan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyoroti adanya beberapa laporan "kredibel" mengenai pelanggaran yang dilakukan Taliban, terutama terkait isu perempuan.
Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB Michelle mengatakan pada Selasa kemarin bahwa hak-hak perempuan merupakan "garis merah fundamental" yang tidak boleh dilewati.
Dalam sebuah konferensi pers di Kabul, Zabihullah juga membahas mengenai proses evakuasi Amerika Serikat dan sejumlah negara lain. Ia meminta warga Afghanistan untuk tidak mencoba pergi ke bandara karena situasinya benar-benar kacau.
Ia juga menyerukan AS untuk berhenti "mendorong" warga lokal untuk pergi, karena Taliban membutuhkan talenta mereka untuk menjalankan kehidupan di Afghanistan.
Pasukan AS menguasai bandara Kabul di mana 58.700 orang telah dievakuasi sejauh ini. Zabihullah menegaskan proses evakuasi tersebut harus sudah berakhir pada 31 Agustus sesuai tenggat waktu yang disepakati.
Presiden AS Joe Biden optimistis target evakuasi itu akan tercapai sehingga tenggat waktunya tidak perlu diperpanjang.
Baca: Biden Tegaskan Evakuasi Warga AS dari Afghanistan Tetap Hingga 31 Agustus
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News