"Rusia untuk meminta maaf kepada kepresidenan India dan rekan-rekannya dari negara-negara Selatan global atas perilaku tidak senonoh sejumlah delegasi Barat, yang mengubah agenda G20 menjadi 'lelucon' dalam upaya untuk mengalihkan tanggung jawab atas kegagalan dalam kebijakan ekonomi pada orang lain, terutama pada Rusia," kata Lavrov, dikutip dari India Times, Kamis, 2 Maret 2023.
Ia menambahkan, negaranya terkejut dengan impunitas atas sabotase Nord Stream di wilayah NATO dan tanggung jawab Uni Eropa. Lavrov menekankan, Rusia mengadvokasi keamanan energi dan menyoroti pentingnya memberikan semua negara yang membutuhkan akses ke sumber daya energi yang terjangkau.
Sebelumnya, Duta Besar Rusia untuk PBB Vasily Nebenzia mengatakan, mitra Barat Rusia di Dewan Keamanan PBB tidak menunjukkan keinginan untuk bekerja sama dalam penyelidikan independen, guna memverifikasi laporan yang menyajikan rincian signifikan bahwa Amerika Serikat berada di belakang sabotase aliran pipa Nord Stream.
Baca juga: PM India Desak G20 untuk Fokus Pada Solusi Perang Rusia-Ukraina
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna, berbicara pada pertemuan G20 mengatakan, "Kita berada pada momen krusial untuk G20. Peran penggerak kepresidenan India mutlak diperlukan. Pendekatan 'Satu Bumi Satu Keluarga Satu Masa Depan' harus membimbing kita untuk menghadapi masa depan kita yang penuh tantangan."
Selama setahun agresi Rusia di Ukraina, Moskow telah melawan aturan hukum. Perang yang dipilih Rusia ini, kata Colonna, memiliki konsekuensi negatif bagi hampir setiap negara di bumi dalam hal pangan, energi, inflasi.
"G20 harus merespons dengan tegas, seperti yang terjadi di KTT Bali. Pesan di Bali jelas: sebagai G20, kita perlu memberikan solusi yang melindungi yang paling rentan, bukannya membiarkan mereka menderita akibat perang Rusia,” lanjut Colonna.
"Misi kolektif kita adalah untuk memberikan hasil. Pada topik ini, dan pada semua tantangan lain seperti perubahan iklim dan keuangan pembangunan. Ini membutuhkan rasa "tanggung jawab bersama" alih-alih fragmentasi dan oposisi sistematis. Masing-masing dari kita harus berkontribusi. Kita harus mengatasi ide-ide palsu seperti oposisi Utara vs Selatan, dan sebagai gantinya membangun multilateralisme yang ambisius, direformasi, dan efisien," pungkasnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News