Beijing membalas pada Kamis, memperingatkan Amerika Serikat untuk "menghormati fakta dan ilmu pengetahuan, menghormati kerja keras dari para ahli WHO".
“Mereka harus diizinkan untuk bekerja bebas dari campur tangan politik,” tegas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Zhao Lijian.
Tetapi dalam misi yang dirundung penundaan dan kebingungan dari Tiongkok, tidak jelas apa yang akan diizinkan untuk dilihat oleh tim ahli di Wuhan. Mereka juga belum bisa meraba bukti berguna apa yang tersisa setahun setelah wabah di negara yang mengendalika pandemi.
Hari-hari awal wabah tetap menjadi salah satu topik paling sensitif di Tiongkok saat ini, dengan kepemimpinan Partai Komunis berusaha untuk membasmi setiap diskusi yang menunjukkan pemerintahannya dalam cahaya yang buruk.
Beijing juga berusaha untuk menyebarkan keraguan ke dalam cerita asal-usulnya, dengan melontarkan teori yang tidak berdasar bahwa virus itu muncul di tempat lain. Teori lain, diperkuat oleh mantan presiden AS Donald Trump, adalah bahwa virus bocor dari laboratorium di Wuhan tempat para peneliti mempelajari virus korona.
Kerabat korban virus korona di Wuhan juga telah menyerukan pertemuan dengan tim dari badan kesehatan PBB. Mereka mengatakan telah menghadapi tingkat hambatan baru sejak tim WHO tiba.
Menurut angka resmi Pemerintah Tiongkok, virus itu membunuh hampir 3.900 di Wuhan, terhitung sebagian besar dari 4.636 kematian yang dilaporkan Negeri Tirai Bambu.
Tiongkok tidak mengambil risiko dalam membuat virus bangkit kembali, melakukan tes swab anal, penguncian lokal dan membatalkan penerbangan. Mereka bersiap menghadapi Tahun Baru Imlek yang dikhawatirkan bisa menimbulkan masalah baru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News