"Kami telah memenuhi kewajiban jihad dan membebaskan negara kami," kata seorang anggota Taliban, Niamatullah Hekmat, dilansir dari The National.
Penarikan pasukan asing yang kacau kala tahun lalu berlangsung sejak pertengahan akhir Agustus. Puluhan ribu orang Afghanistan dan warga asing di negara itu panik ingin pergi ke luar negeri usai berkuasanya kembali Taliban.
Pihak berwenang Taliban sejauh ini belum mengumumkan perayaan resmi untuk menandai peringatan satu tahun berkuasa. Namun televisi pemerintah Afghanistan berencana menayangkan program khusus.
"Saat kami memasuki Kabul, dan ketika orang Amerika pergi, itu adalah saat-saat yang menggembirakan," ucap Hekmat. Saat ini ia menjadi anggota pasukan khusus yang menjaga istana presiden.
Tapi bagi warga Afghanistan biasa, terutama perempuan, kembalinya Taliban hanya menambah kesulitan. Badan-badan bantuan mengatakan bahwa setengah dari 38 juta penduduk negara itu menghadapi kemiskinan ekstrim.
Awalnya, Taliban menjanjikan versi yang lebih lembut dari interpretasi keras mereka tentang pemerintahan Islam. Tetapi banyak pembatasan dikenakan pada perempuan untuk mematuhi visi Islam yang keras dari gerakan tersebut.
Puluhan ribu anak perempuan tidak bisa pergi ke sekolah menengah. Tak hanya itu, perempuan juga dilarang kembali ke banyak pekerjaan pemerintah.
Mei lalu, perempuan kembali diperintahkan untuk sepenuhnya menutupi di depan umum, idealnya dengan burqa yang mencakup semua. "Sejak hari mereka datang, kehidupan seperti kehilangan maknanya," ucap seorang warga Kabul, Ogai Amail.
"Semuanya telah direbut dari kami, mereka bahkan telah memasuki ruang pribadi kami," sambung dia.
Sabtu pekan kemarin, anggota Taliban memukuli pengunjuk rasa perempuan dan menembakkan senjata ke udara untuk membubarkan protes di Kabul.
Meski warga Afghanistan mengakui adanya penurunan tingkat kekerasan sejak Taliban merebut kekuasaan, krisis kemanusiaan telah membuat banyak orang tidak berdaya. "Orang-orang yang datang ke toko kami mengeluhkan begitu tingginya harga sehingga kami para pemilik toko mulai membenci diri kami sendiri," ucap penjaga toko di Kandahar.
Namun, bagi Taliban, kegembiraan kemenangan masih membayangi-bayangi krisis ekonomi saat ini.
"Kami mungkin miskin, kami mungkin menghadapi kesulitan, tetapi bendera putih Islam sekarang akan berkibar tinggi selamanya di Afghanistan," kata seorang anggota Taliban yang menjaga taman umum di Kabul.
Baca: Taliban Sambut Baik Perwakilan Diplomatik India di Kabul
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News