Perhitungan suara terakhir menunjukkan peraih Nobel Perdamaian, Jose Ramos-Horta, unggul dengan perolehan suara 46,58 persen. Persentase yang dicapai Ramos-Horta lebih dari dua kali lipat saingannya, Francisco "Lu Olo" Guterres.
Namun, persentase tersebut tidak cukup untuk menyatakan satu kandidat memenangkan pemilu Timor Leste yang angka minimalnya adalah 50 persen.
Badan penyelenggara Pemilu Timor Leste, yang merilis data penghitungan terbaru di situsnya, belum mengonfirmasi pelaksanaan putaran kedua. Tapi, jika tidak ada kandidat yang memperoleh lebih dari 50 persen suara, pemilu Timor Leste akan dilanjutkan ke putaran kedua pada 19 April.
Berbicara di istana kepresidenan pada Selasa ini, presiden petahana Guterres mengatakan dirinya akan mengupayakan aliansi dengan semua partai yang tidak lolos ke putaran kedua.
"Mari maju ke putaran kedua, karena tidak ada calon yang keluar sebagai pemenang. Sekarang, kita mulai lagi dari nol," ujar Guterres, dilansir dari The Straits Times, Selasa, 22 Maret 2022.
Baca: Timor Leste Gelar Pemilu Presiden di Tengah Deadlock Politik
Di sisi lain, Ramos-Horta yakin akan meraih kemenangan. Ia mengatakan kemenangan dirinya nanti akan membawa "gempa politik di parlemen nasional."
Pria berusia 72 tahun itu, yang sempat menjabat sebagai presiden dari 2007 hingga 2012, pekan lalu mengaku merasa terdorong untuk kembali mencalonkan diri setelah memandang bahwa tindakan petahana melanggar undang-undang.
Hampir dua dekade setelah memperoleh kemerdekaan dari Indonesia, Timor Leste mengadakan pemilihan presiden kelima pada Sabtu kemarin. Persaingan politik ini didominasi tokoh-tokoh perlawanan utama yang tetap menonjol dalam menjalankan negara termuda di Asia itu hingga kini.
Di Timor Leste, presiden memiliki tanggung jawab menunjuk pemerintah, juga memiliki wewenang untuk membubarkan parlemen.
Negara tersebut memiliki populasi mayoritas Katolik dengan jumlah keseluruhan 1,3 juta orang. Perekonomiannya bergantung pada minyak dan gas, tetapi cukup kesulitan dalam hal stabilitas dan pembangunan politik. (Kaylina Ivani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News