Debat terbuka DK PBB yang membahas Ukraina dan diisi perdebatan sengit Amerika Serikat dan Rusia. Foto: UNTV
Debat terbuka DK PBB yang membahas Ukraina dan diisi perdebatan sengit Amerika Serikat dan Rusia. Foto: UNTV

Tiongkok Bela Rusia, Sebut Pasukan di Perbatasan Ukraina Bukanlah Ancaman

Fajar Nugraha • 01 Februari 2022 17:06
New York: Tiongkok memberikan dukungan kepada Rusia yang sepertinya ‘dikeroyok’ saat pertemuan para di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) pada Senin 31 Januari 2022. Tiongkok tegaskan pasukan Rusia di perbatasan Ukraina bukanlah ancaman.
 
“Pasukan Rusia yang berkumpul di dekat perbatasan dengan Ukraina bukanlah ancaman. Justru Amerika Serikat (AS) yang pembawa perang,” kata Duta Besar Tiongkok untuk PBB Zhang Jun, seperti dikutip AFP, Selasa 1 Februari 2022.
 
Beijing meningkatkan dukungannya untuk Moskow pada pertemuan publik yang memanas di PBB di New York, di tengah meningkatnya kekhawatiran akan invasi ke Ukraina.

Baca: Rusia dan AS Bertengkar Mengenai Ukraina di DK PBB.
 
Dubes Zhang mengatakan, tidak ada dasar untuk klaim Barat bahwa Moskow akan melakukan serangan. 
 
Tiongkok bergabung dengan Rusia dalam upaya untuk memblokir pertemuan Dewan Keamanan PBB tentang pembangunan militer kemarin. Tiongkok sebelumnya dengan hati-hati mendukung Rusia dalam pertikaiannya dengan AS dan NATO.
 
Langkah itu akan memicu kekhawatiran bahwa Presiden Putin sedang membangun hubungan yang lebih dekat dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping, karena hubungan dengan Barat memburuk.
 
Moskow menuduh Linda Thomas-Greenfield, Duta Besar AS untuk PBB, mengobarkan "histeria” dan "diplomasi megafon" setelah dia menuntut pertemuan pertama mengenai krisis tersebut. Vasily Nebenzya, utusan Moskow untuk PBB, telah berusaha untuk menutup pertemuan itu sejak awal, tetapi gagal dengan 10 negara mendukung diskusi terbuka.
 
Putin telah membuat serangkaian tuntutan termasuk larangan bergabungnya Ukraina dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan penarikan pasukan dari sayap timur aliansi itu.
 
“Kekhawatiran Rusia sah dan harus diperhitungkan dalam upaya diplomatik di masa depan untuk meredakan ketegangan. Ekspansi NATO adalah masalah yang sangat sulit untuk dihindari dalam upaya meredakan ketegangan saat ini,” kata Dubes Zhang.
 
Sikap ini mengikuti Presiden Xi yang setuju bahwa NATO harus menyetujui tuntutannya. Sesi PBB adalah awal dari minggu diplomasi tingkat tinggi, meskipun diskusi antara AS, NATO dan Rusia sejauh ini gagal meredakan ketegangan.
 
Rusia telah mengerahkan sedikitnya 127.000 tentara di dekat perbatasannya dengan Ukraina dan di Belarus, di mana dikatakan bahwa pihaknya berencana untuk melakukan latihan bersama dengan tentara Belarusia.
 
Sementara Gedung Putih menuduh, Moskow mengirim 5.000 tentara ke Belarus, yang bertetangga dengan Ukraina. Diperkirakan direncanakan pasukan tambahan akan datang dalam beberapa minggu mendatang.
 
Dubes Thomas-Greenfield mengatakan, “Tindakan Rusia menyerang inti dari Piagam PBB.”
 
“Ini jelas dan konsekuensial sebagai ancaman bagi perdamaian dan keamanan seperti yang bisa dibayangkan siapa pun,” tegasnya.
 
Dalam sebuah pernyataan setelah pembicaraan, Presiden AS Joe Biden mengatakan: "Jika sebaliknya Rusia memilih untuk menjauh dari diplomasi dan menyerang Ukraina, Rusia akan memikul tanggung jawab, dan itu akan menghadapi konsekuensi yang cepat dan berat."
 
Moskow membantah klaim Barat bahwa pihaknya merencanakan invasi yang akan segera terjadi. Meskipun pengerahan pasukan dan ancaman dari Putin akan "langkah-langkah teknis militer" jika NATO tidak melarang Kiev untuk bergabung dengan aliansi tersebut.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan