Kantor berita Korean Central News Agency (KCNA) melaporkan pada Rabu, 22 November 2023, bahwa Korea Utara telah meluncurkan satelit pengintai bernama Malligyong-1 dengan roket jenis baru Chollima-1 dari lokasi peluncuran di Tongchang-ri di pantai barat pada Selasa pukul 22:42 waktu setempat.
Kesuksesan ini menyusul dua upaya peluncuran gagal pada Mei dan Agustus lalu. Peluncuran berlangsung di tengah berkembangnya spekulasi bahwa Rusia mungkin telah memberikan teknologi militer kepada Korea Utara sebagai imbalan atas pasokan peralatan militer dan amunisi dari Pyongyang untuk digunakan dalam perang di Ukraina.
"Roket pendorong 'Chollima-1' terbang normal di sepanjang jalur penerbangan yang telah ditentukan, dan secara akurat menempatkan satelit pengintai 'Malligyong-1' di orbitnya pada 22:54:13, 705 detik setelah peluncuran," kata KCNA dalam laporan berbahasa Inggris.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengamati peluncuran tersebut di lokasi, dan mengucapkan selamat kepada para pejabat, ilmuwan, dan teknisi yang terkait dengan persiapan peluncuran tersebut, lapor KCNA.
Sambil menunggu analisis rinci mengenai peluncuran, Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS) belum memastikan apakah klaim Korea Utara benar adanya. Namun mereka mengecam tindakan tersebut sebagai pelanggaran terhadap beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang uji coba apa pun yang menggunakan teknologi rudal balistik.
Persiapan Perang
Menanggapi peluncuran, Korea Selatan berencana melanjutkan kegiatan pengintaian dan pengawasan di sekitar perbatasan antar-Korea dan berjanji mengambil langkah-langkah untuk menangguhkan sebagian dari perjanjian militer antar-Korea tahun 2018 yang dirancang untuk mengurangi ketegangan perbatasan dan mencegah bentrokan yang tidak disengaja.Korea Utara membela peluncuran terbaru ini sebagai hak "sah" untuk memperkuat "kemampuan pertahanan diri," dan berjanji akan meluncurkan beberapa satelit mata-mata tambahan "dalam waktu dekat."
"(Peluncuran ini) akan memberikan kontribusi signifikan untuk meningkatkan kesiapan perang angkatan bersenjata Republik," sebut KCNA.
Seorang pejabat Seoul mengatakan bahwa peluncuran terbaru Korea Utara dapat dianggap sebagai keberhasilan nyata ketika "satelit mengelilingi bumi dalam orbit beberapa kali."
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS) mengatakan bahwa mereka sedang melakukan analisis komprehensif mengenai spesifikasi roket tersebut, seraya berjanji bahwa Seoul dan Washington akan mempertahankan postur pertahanan yang "kuat."
"Peluncuran satelit militer Korea Utara merupakan tindakan provokatif yang secara terang-terangan melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang penggunaan teknologi rudal balistik serta kerja sama ilmu pengetahuan dan teknologi," ujar JCS melalui pesan teks kepada wartawan.
JCS mengatakan bahwa Korea Selatan, AS dan Jepang telah mengerahkan kapal perusak Aegis di dekat jalur penerbangan yang direncanakan sebelumnya untuk bersama-sama mendeteksi dan melacak satelit Korea Utara serta berbagi informasi relevan setelah peluncuran.
Peluncuran hari Selasa terjadi beberapa jam sebelum dimulainya jangka waktu peluncuran 10 hari yang telah diinformasikan Korea Utara kepada Jepang sebagai peringatan keselamatan. Dalam peringatan resminya, Korea Utara mengaku akan meluncurkan roket antariksa yang membawa satelit antara tanggal 22 November dan 1 Desember mendatang.
Baca juga: Korea Utara Uji Mesin Bahan Bakar Padat Terbaru untuk Rudal IRBM
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News