Pernyataan Tiongkok disampaikan Menteri Luar Negeri Wang Yi kepada mitranya dari Iran, Hossein Amirabdollahian. Ia menegaskan bahwa Tiongkok mendukung penuh upaya Iran dalam menghidupkan kembali JCPOA.
"AS memikul tanggung jawab utama atas kesulitan-kesulitan yang dihadapi Iran, terlebih setelah mereka secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015," kata Wang yang bertemu Hossein di kota Wuxi, provinsi Jiangsu, dilansir dari AFP, Sabtu, 15 Januari 2022.
Di bawah ketentuan JCPOA, Iran akan membatasi aktivitas pengayaan uranium sebagai balasan atas pencabutan sanksi internasional. Namun di tahun 2018, AS yang kala itu dipimpin Donald Trump menarik diri dari JCPOA.
Setelah itu, AS kembali menjatuhkan sanksi kepada Iran. Merasa dicurangi, Iran pun memutuskan untuk ikut melanggar JCPOA dengan meningkatkan pengayaan uranium.
Setelah pemerintahan AS berganti ke Joe Biden, Washington memberikan sinyal untuk menghidupkan kembali JCPOA. Iran juga terindikasi hendak memulihkan lagi perjanjian tersebut.
Wang mengatakan Tiongkok terus mendukung dimulainya kembali negosiasi pakta nuklir agar JCPOA bisa dihidupkan kembali. Namun ia menegaskan bahwa negaranya menentang sanksi sepihak yang hingga kini masih dijatuhkan AS kepada Iran.
"Tiongkok juga menentang manupulasi politik melalui berbagai topik termasuk hak asasi manusia, dan campur tangan dalam urusan internal Iran," lanjut dia.
Dialog untuk menghidupkan kembali JCPOA telah berlangsung di Wina pada akhir 2021. Negosiasi dihentikan karena kedua kubu belum mencapai kata sepakat. Kedua kubu, yakni Iran dan grup P4 1 (Tiongkok, Rusia, Prancis, Inggris dan Jerman), kemungkinan akan berlanjut setelah musim liburan Natal.
Baca: Dialog Nuklir Iran di Wina Kembali Terhenti, Berlanjut Usai Natal
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News