"Dasar yang digunakan adalah menjaga integritas teritorial Tiongko, di mana Taiwan melakukan pemberontakan dan memisahkan diri dari Tiongkok," ucap Hikmahanto dalam keterangan tertulis yang diterima Medcom.id, Rabu, 3 Agustus 2022.
Menurutnya, serangan Tiongkok -- jika memang benar-benar terjadi -- kemungkinan adalah diklasifikasikan sebagai tindakan berbasis kebijakan terhadap wilayah yang hendak memberontak, dalam hal ini Taiwan.
Negeri Paman Sam, lanjut Hikmahanto, kemungkinan tidak akan terlibat perang langsung dengan Tiongkok jika konflik bersenjata meletus.
Seperti dalam konflik antar Rusia dan Ukraina sejak 24 Februari lalu, AS diduga hanya akan memasok senjata dan uang ke Taiwan, serta mengajak sekutu-sekutunya untuk melakukan embargo ekonomi.
"AS tidak akan terlibat dalam perang karena Tiongkok, seperti Rusia, memiliki senjata nuklir dan hak veto di DK PBB," ujar Hikmahanto.
Ia mengatakan perang antar Tiongkok dan Taiwan akan berdampak buruk pada komunitas global. Dampaknya lebih kurang setara seperti yang ditimbulkan konflik Rusia-Ukraina, atau di saat fase awal pandemi Covid 19.
"Bagi Tiongkok, bukannya tidak mungkin akan beraliansi dengan Rusia dan negara lainnya untuk melawan keangkuhan AS," sebut Hikmahanto.
"Saat ini, satu-satunya upaya untuk meredakan eskalasi di Taiwan adalah AS meminta maaf kepada Tiongkok, dan Presiden Joe Biden secara terbuka menyatakan Nancy Pelosi berkunjung ke Taiwan atas kehendaknya sendiri meski sudah dinasihati untuk tidak berkunjung," pungkasnya.
Baca: Bertemu Pelosi, Presiden Taiwan Tegaskan Tak Akan Mundur dari Ancaman Tiongkok
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News