Menurut laporan NDMA, 12 kematian terakhir terjadi di Sindh, empat di KP dan tiga di Balochistan. Korban tewas termasuk sembilan anak.
Otoritas manajemen bencana mengatakan 256 orang terluka dalam insiden terkait banjir di seluruh negeri.
Baca: Sekjen PBB Desak Bantuan Internasional untuk Pakistan. |
“Banjir bandang berdampak buruk pada 80 distrik di negara itu,” kata laporan itu, seperti dikutip The News International, Jumat 2 September 2022.
“Sebanyak 256 kematian terjadi di Balochistan, 268 di Khyber Pakhtunkhwa, 188 di Punjab, 22 di Gilgit-Baltistan dan 41 kehilangan nyawa di Azad Jammu dan Kashmir,” sebut NDMA.
Korban tewas termasuk 244 wanita dan 416 anak-anak. Sedangkan korban luka akibat bencana banjir mencapai 4.896 orang.
PBB khawatir
PBB menyebut banjir baru-baru ini di Pakistan sebagai "bencana iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya", setelah lebih dari 1.000 orang kehilangan nyawa mereka, termasuk 380 anak-anak.Negara ini telah mengalami dua kali lipat curah hujan rata-rata, 15,4 inci kekalahan pada bulan Agustus saja.
Banjir bandang telah menyapu seluruh masyarakat. Dilaporkan, sepertiga negara saat ini terendam air dengan 15 persen populasi terkena dampaknya.
PBB memperingatkan bahwa Pakistan membutuhkan hampir USD160 juta segera. Para ahli mengkhawatirkan penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air karena air yang tergenang.
Banjir bandang telah merampas kebutuhan dasar masyarakat seperti makanan, air bersih, dan pakaian, apalagi obat-obatan.
Hujan steroid
Badan Antariksa Eropa (ESA) mengatakan, curah hujan 10 kali lebih deras dari biasanya menyebabkan banjir dahsyat di Pakistan. Mereka juga merilis citra satelit dari sebuah danau besar yang diciptakan oleh sungai Indus yang meluap.Hujan, yang digambarkan oleh Sekjen PBB Antonio Guterres sebagai "musim dengan steroid" telah merenggut ratusan nyawa sejak Juni, menyebabkan banjir besar yang telah menghanyutkan sebagian besar tanaman penting dan merusak atau menghancurkan lebih dari satu juta rumah.
“Data dari satelit Copernicus UE telah digunakan untuk memetakan skala banjir dari luar angkasa untuk membantu upaya penyelamatan,” kata ESA dalam sebuah pernyataan.
"Hujan muson yang lebat -,sepuluh kali lebih berat dari biasanya,- sejak pertengahan Juni telah menyebabkan lebih dari sepertiga negara itu sekarang berada di bawah air," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News