Peringatan Kim Yo-jong disampaikan beberapa jam setelah Duta Besar AS Linda Thomas-Greenfield mengatakan di pertemuan darurat DK PBB, bahwa Washington akan mengedarkan proposal pernyataan presiden seputar kecaman terhadap peluncuran rudal Korea Utara serta tindakan-tindakan lain dari negara tersebut.
Usai pertemuan, Thomas-Greenfield juga membacakan pernyataan 14 negara yang mendukung tindakan untuk membatasi kemajuan program persenjataan Korea Utara.
Kim Yo-jong, yang secara luas dianggap sebagai orang terkuat kedua di Korea Utara, menyebut pernyataan AS tersebut sebagai sesuatu yang "menjijikkan." Menurutnya, proposal itu dibuat AS dengan "negara-negara jelata," yaitu Inggris, Prancis, Australia, Jepang, dan Korea Selatan.
Tidak hanya itu, Kim Yo-jong juga membandingkan AS dengan "seekor anjing yang terus menggonggong tapi dilanda ketakutan."
"AS harus tahu bahwa tidak peduli seberapa keras upaya mereka untuk melucuti senjata (Korea Utara), mereka tidak akan pernah bisa menghilangkan hak (Korea Utara) untuk membela diri," sebut Kim Yo-jing, dikutip dari laman Politico, Selasa, 22 November 2022.
"Dan semakin AS melakukan tindakan anti-Korea Utara, maka mereka akan menghadapi krisis keamanan yang lebih fatal," sambungnya.
Pertemuan DK PBB pada Senin kemarin diadakan sebagai tanggapan atas peluncuran rudal balistik ICBM Korea Utara pada Jumat pekan lalu. Menurut para ahli, uji coba rudal ICBM itu merupakan bagian dari upaya memodernisasi militer Korut sekaligus meningkatkan pengaruh dalam skema diplomasi di masa mendatang.
Uji coba pada Jumat lalu melibatkan rudal balistik ICBM tipe Hwasong-17. Beberapa ahli mengatakan, sudut curam dari peluncuran ICBM itu membuktikan potensinya dalam menyerang target jarak jauh, bahkan hingga ke daratan AS.
Selama pertemuan di DK PBB, AS dan sekutunya mengkritik keras peluncuran ICBM Korut serta menyerukan tindakan untuk membatasi program nuklir dan misil Pyongyang. Tetapi Rusia dan Tiongkok, dua anggota tetap DK PBB, menentang setiap tekanan dan sanksi baru terhadap Korea Utara.
Mei lalu, Rusia dan Tiongkok menggunakan hak veto mereka terhadap upaya AS dalam memperketat sanksi terhadap Korea Utara.
Korea Utara mengatakan rentetan uji coba rudal mereka merupakan bentuk penggunaan hak membela diri dari ancaman kekuatan asing. (Mustafidhotul Ummah)
Baca: Waduh, Korea Utara Sebut Sekjen PBB Antonio Guterres 'Boneka' AS
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News