“Kerusuhan itu adalah pekerjaan ‘kelompok teroris’ yang dilatih di luar negeri,”
ujar Presiden Kassym-Jomart Tokayev, seperti dikutip BBC, Kamis 6 Januari 2022.
Presiden Tokayev pun telah memberlakukan keadaan darurat nasional yang mencakup jam malam dan larangan pertemuan massal serta telah bersumpah untuk menanggapi protes dengan keras.
Melihat kondisi yang makin parah Presiden Tokayev meminta bantuan Rusia melalui Collective Security Treaty Organization (CSTO). Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif ini termasuk di dalam lima negara yang merupakan bekas Uni Soviet.
Ketua CSTO, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, kemudian mengatakan, di Facebook bahwa aliansi akan mengirim "pasukan penjaga perdamaian kolektif untuk jangka waktu terbatas untuk menstabilkan dan menormalkan situasi di negara ini yang disebabkan oleh campur tangan luar.”
Namun, Kate Mallinson, pakar Asia Tengah di lembaga pemikir urusan luar negeri Chatham House di London, Inggris mengatakan, protes itu menunjukkan kemarahan dan kebencian yang sangat mendalam dan membara atas kegagalan pemerintah Kazhak untuk memodernisasi negara mereka dan memperkenalkan reformasi yang berdampak pada orang-orang di semua tingkatan".
Sementara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan, pihaknya mengikuti dengan cermat situasi di Kazakhstan. Juru Bicara Kemenlu AS Ned Price mendesak pihak berwenang dan pengunjuk rasa untuk menahan diri.
Presiden Tokayev adalah orang kedua yang memimpin Kazakhstan sejak mendeklarasikan kemerdekaan pada 1991. Pemilihannya, pada 2019, dikutuk oleh Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) karena menunjukkan sedikit rasa hormat terhadap standar demokrasi.
Namun, sebagian besar kemarahan warga di jalanan tampaknya ditujukan pada pendahulunya, Nursultan Nazarbayev, yang telah memegang peran keamanan nasional yang kuat sejak mengundurkan diri. Pada Rabu, dia dipecat dalam upaya untuk meredakan kerusuhan yang berkembang.
Para pengunjuk rasa terdengar meneriakkan nama Nazarbayev, sementara sebuah video yang menunjukkan orang-orang yang berusaha merobohkan patung perunggu raksasa dari mantan pemimpin telah dibagikan secara online. Menurut BBC Monitoring, monumen yang sekarang sudah dibongkar itu tampaknya berdiri di Taldykorgan, daerah asal Nazarbayev.
Staf di bandara utama Kazakhstan harus melarikan diri dari demonstran anti-pemerintah, yang juga menargetkan gedung-gedung pemerintah.
Para pengunjuk rasa berkumpul di kantor wali kota di Almaty sebelum akhirnya menyerbunya. Video di media sosial menunjukkan kepulan asap membubung dari gedung, sementara tembakan juga terdengar.
Kepala polisi kota Almaty, Kanat Taimerdenov mengatakan "ekstremis dan radikal telah menyerang 500 warga sipil dan menggeledah ratusan bisnis”.
Meriam air digunakan untuk melawan pengunjuk rasa di kota barat Aktobe. Ada laporan bahwa pasukan keamanan telah memihak pengunjuk rasa di beberapa tempat.
Namun, mendapatkan gambaran yang jelas tentang apa yang terjadi di negara Asia tengah ini ternyata sulit. Kementerian dalam negeri merilis angka korban yang dilaporkan di antara pasukan keamanan, tetapi tidak ada laporan yang setara tentang cedera atau kematian di antara pengunjuk rasa di tengah apa yang digambarkan oleh kelompok pemantau sebagai "pemadaman internet skala nasional".
Upaya lain untuk mengakhiri protes, yang dimulai pada Minggu ketika pemerintah mengangkat batas harga bahan bakar gas cair yang digunakan banyak orang untuk menggerakkan mobil mereka, yang menyebabkan biayanya berlipat ganda, telah dilakukan. Selain pemecatan Nazarbayev, seluruh pemerintahan telah mengundurkan diri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News