Setidaknya 4.000 dari 300.000 penduduk Sittwe telah dievakuasi ke kota-kota lain sejak Jumat lalu, dan lebih dari 20.000 lainnya berlindung di bangunan kokoh seperti biara, pagoda, dan sekolah yang terletak di dataran tinggi kota, kata Tin Nyein Oo, warga yang membantu orang-orang ke tempat penampungan di Sittwe.
Banyak penduduk setempat tinggal di daerah lebih dari tiga meter di atas permukaan laut, di mana penduduk percaya gelombang badai tidak dapat mencapai mereka.
"Angin kencang berkecepatan 40 hingga 48 kilometer per jam bertiup di kota itu," kata Tin Nyein Oo.
"Badai belum masuk ke sini, jadi kami tidak mengalami banyak kesulitan. Namun, terlalu banyak orang di tempat penampungan dan tidak cukup toilet," tambahnya, seperti dikutip dari laman Hindustan Times.
Lin Lin, ketua yayasan amal setempat, mengatakan sebelumnya bahwa tidak ada cukup makanan di tempat penampungan di Sittwe setelah lebih banyak orang datang dari yang diperkirakan.
Sementara itu di sebagian besar Bangladesh, cuaca tetap cerah dan lembap pada Minggu pagi. Kendati begitu, otoritas Bangladesh juga mengantisipasi kedatangan Topan Mocha.
Badan-badan PBB dan pekerja bantuan di Bangladesh menyiapkan berton-ton makanan kering serta puluhan ambulans dengan tim medis keliling di kamp-kamp pengungsi yang menampung lebih dari 1 juta Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar.
Bangladesh mengeluarkan sinyal bahaya tertinggi untuk kota Cox's Bazar, lokasi berdirinya kamp-kamp Rohingya. Departemen Meteorologi Bangladesh memperingatkan Topan Mocha dapat menyebabkan kerusakan parah di delapan distrik pesisir.
Tidak ada hujan deras yang dilaporkan di Cox's Bazar hingga Minggu pagi. Pihak berwenang mengatakan sekitar 1,27 juta orang telah dievakuasi dari distrik tersebut.
Baca juga: Topan Mocha di Teluk Benggala Bergerak Menuju Kamp Pengungsi Rohingya
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News