“Digital ekonomi berpotensi menjadi instrument yang efektif dalam menjembatani dan menerjemahkan hubungan bilateral Indonesia dan Australia pada sektor perdagangan khususnya yang berbasis digital," kata Siswo pada pidato kuncinya di forum Roundtable on Digital Economy, Senin, 30 Mei 2022.
Diskusi ini diselenggarakan KJRI Perth sebagai bagian upaya Perwakilan Indonesia di Australia untuk mendorong kerja sama dan kolaborasi lebih erat antara pelaku ekonomi digital di Indonesia dan Australia Barat.
Kegiatan ini juga diharapkan memberikan gambaran kepada stakeholders di kedua negara mengenai tantangan dan kesempatan di bidang digital ekonomi yang diharapkan akan mempererat hubungan bilateral kedua negara.
Kegiatan ini menghadirkan Greg Riebe (Co-founder, Chair of Industry Development) Perth Angels, Matt Lewis (Manager Trade, Tourism, Innovation & Creative Industries) Southwest Development Commision, Budi Gandasoebrata CCO GoTo dan Saut Tambunan (Co-founder dan COO) Andalin, dengan Brad Cunningham (Director of Strategy & Growth Yappi Group) selaku moderator.
Kegiatan dihadiri 30 peserta secara tatap muka dan 15 peserta daring yang didominasi oleh penggiat bisnis, perwakilan pemerintah dan stakeholders terkait lainnya.
Baca juga: Kunjungi Perth, Dubes Siswo Suguhkan Komitmen Peningkatkan Kerja Sama
Dubes Siswo menekankan, Indonesia memiliki kekuatan ekonomi digital yang masif dan diperkirakan akan bernilai USD125 miliar pada 2025. Hal ini didukung oleh penetrasi internet yang tinggi, anak muda yang melek teknologi, dan populasi atau konsumen yang tingggi sehingga memungkinkan pesatnya perkembangan platform e-commerce.
Sektor ekonomi digital juga telah menjadi salah satu key enablers dalam pemulihan pandemi Covid-19, terutama bagi UMKM Indonesia. Untuk itu, pengembangan kerja sama di sektor transformasi digital sangat terbuka lebar dengan Australia Barat.
"Kerja sama yang bisa disasar dalam waktu dekat adalah pemanfaatan teknologi digital untuk peningkatan keahlian sumber daya manusia dan sinergi bersama untuk cross-border payment system," ujar Siswo.
Dalam pemaparannya, para narasumber menyampaikan bahwa dalam membangun fondasinya sebagai perusahaan digital, start-up perlu mengenali kekuatan bukan hanya dirinya, namun masyarakat tempat ia tumbuh, pasar tempat ia eksis dan berkiprah, dan tak kalah penting pula, mitra-mitranya termasuk dalam konteks antarbisnis bilateral Indonesia-Australia.
Perbedaan karakteristik geografis, sosiologis, dan demografis di antara Indonesia dan Australia Barat juga sebenarnya dapat menjadi peluang kerjasama. KJRI Perth, dalam siaran persnya mencontohkan, perusahaan jasa logistik seperti Andalin (untuk konteks perdagangan global dan regional) serta GoTo (untuk door to door logistics) yang telah berpengalaman melayani pasar dengan wilayah seluas dan masyaraklat sebanyak Indonesia.
Kerja sama tersebut kiranya dapat diaplikasikan secara keratif untuk disesuaikan dengan konteks Australia Barat yang memiliki luas wilayah sangat besar namun dengan kepadatan penduduk sangat rendah.
Menutup diskusi tersebut, Konjen RI untuk Perth, Listiana Operananta menyampaikan, ekonomi digital berkembang secara eksponensial ke semua aspek industri dan kehidupan sehari-hari. Ini menuntut penggiat bisnis Indonesia maupun Australia agar gesit dalam menghadapi disrupsi dan menciptakan model bisnis baru pada era new normal secara berkelanjutan dan inklusif.
Listi berharap, hasil diskusi dari Roundtable on Digital Economy mampu menjawab perubahan pada perilaku pasar dan mengidentifikasi tantangan persaingan di ekonomi digital yang sangat dinamis serta kolaborasi dan kerja sama yang dapat dijajaki diantara pelaku digital ekonomi di Indonesia dan Australia Barat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News