Freshta Kohistani, aktivis hak-hak perempuan Afghanistan yang ditembak mati. Foto: AFP
Freshta Kohistani, aktivis hak-hak perempuan Afghanistan yang ditembak mati. Foto: AFP

Di Siang Bolong, Aktivis Hak Perempuan Afghanistan Tewas Ditembak

Fajar Nugraha • 25 Desember 2020 07:38
Kabul: Sekelompok orang bersenjata dengan sepeda motor menembak mati seorang aktivis hak-hak perempuan dan saudara laki-lakinya di utara ibu kota Afghanistan Kamis 24 Desember 2020. Insiden ini menambah deretan serangan terhadap aktivis HAM di Afghanistan.
 
Gelombang pembunuhan menghancurkan negara yang dilanda kekerasan itu, masih terus terjadi hingga detik ini.
 
Freshta Kohistani, 29 tahun, adalah aktivis kedua yang terbunuh dalam dua hari setelah seorang aktivis pro-demokrasi ditembak mati di Kabul pada Rabu.

Pembunuhan mereka mengikuti pola serupa yang terlihat dalam beberapa pekan terakhir. Para aktivis HAM Afghanistan terkemuka ini tewas dalam pembunuhan yang ditargetkan di siang hari bolong, beberapa di antaranya di ibu kota.
 
"Orang-orang bersenjata tak dikenal dengan sepeda motor membunuh Freshta Kohistani di distrik Kohistan di provinsi Kapisa," kata Juru Bicara kementerian dalam negeri Tariq Arian kepada wartawan, seperti dikutip AFP, Jumat 25 Desember 2020.
 
Gubernur Provinsi Kapisa Abdul Latif Murad mengatakan kepada AFP bahwa penembakan itu terjadi di dekat rumah Kohistani dan bahwa saudara laki-lakinya juga tewas dalam serangan itu.
 
Sejauh ini belum ada kelompok yang mengklaim serangan itu.
 
Kohistani, yang pernah berkampanye untuk pemimpin veteran Abdullah Abdullah selama pemilihan presiden tahun lalu, memiliki pengikut yang relatif banyak di media sosial. Dia secara teratur menyelenggarakan acara masyarakat sipil di Kabul yang menyerukan hak-hak perempuan.
 
Abdullah mengatakan, “Kohistani tewas dalam serangan teroris”.
 

 
Dalam sebuah posting Facebook, dia menggambarkan Kohistani sebagai aktivis "pemberani dan tak kenal takut" yang berada di garis depan kehidupan sipil dan sosial di Afghanistan.
 
"Kelanjutan dari pembunuhan semacam itu tidak dapat diterima," kata Abdullah, yang memimpin proses perdamaian di Afghanistan secara keseluruhan.
 
Beberapa hari sebelum kematiannya, Kohistani menulis di Facebook bahwa dia telah meminta perlindungan dari pihak berwenang setelah menerima ancaman. Dia juga mengutuk gelombang pembunuhan jurnalis dan tokoh terkemuka lainnya yang sedang berlangsung.
 
"Afghanistan bukanlah tempat tinggal. Tidak ada harapan untuk perdamaian. Katakan kepada penjahit untuk mengukur (kain kafan pemakaman), besok bisa jadi giliran Anda," tulisnya pada November.
 
Gelombang pembunuhan telah memicu ketakutan di seluruh negeri, terutama di Kabul.
 
"Situasi keamanan memburuk dari hari ke hari. Saat kami meninggalkan rumah di pagi hari, kami tidak yakin akan kembali ke rumah hidup-hidup di malam hari,” ucap Ahmad Jawed, pegawai pemerintah di Kabul.
 
Jurnalis, politisi, dan aktivis hak semakin menjadi sasaran karena kekerasan meningkat di Afghanistan, meskipun ada pembicaraan damai antara pemerintah dan Taliban.
 
Pada Rabu, Mohammad Yousuf Rasheed, yang memimpin organisasi pemantau pemilu independen, disergap dan ditembak di lalu lintas jam sibuk pagi hari di Kabul bersama dengan sopirnya.
 
Pembunuhannya terjadi sehari setelah lima orang -,termasuk dua dokter yang bekerja di sebuah penjara di pinggiran Kabul,- terbunuh oleh bom mobil.
 
Seorang jurnalis Afghanistan terkemuka juga ditembak minggu ini saat dalam perjalanan ke sebuah masjid di kota Ghazni di timur.
 
Menurut Komite Keamanan Jurnalis Afghanistan yang berbasis di Kabul, Rahmatullah Nekzad adalah jurnalis keempat yang terbunuh di Afghanistan dalam dua bulan terakhir, dan pekerja media ketujuh tahun ini.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan