Halau Lonjakan Covid-19 saat Libur Imlek, Tiongkok Tawarkan Insentif
Fajar Nugraha • 15 Januari 2021 15:55
Meskipun belum terlihat berapa banyak pekerja yang tetap bertahan tahun ini, perencana pemerintah Tiongkok mengatakan mereka memperkirakan perjalanan liburan ‘jauh lebih rendah’ dari biasanya. Provinsi Jiangxi selatan, sumber utama pekerja migran, memperkirakan perjalanan sekitar 60 persen pada 2019.
Satu perusahaan bahan kimia di Zhejiang mengatakan bahwa 85 persen pekerjanya berencana untuk tinggal tahun ini. Mereka terpikat dengan gaji dua kali lipat per jam dan uang tambahan 500 yuan atau Rp1 juta untuk kehadiran penuh waktu selama periode festival.
Peningkatan perjalanan massal saat ini juga meningkatkan risiko infeksi virus korona baru, yang sebagian besar telah padam di sebagian besar negara.
Negeri Tirai Bambu melaporkan lonjakan harian terbesar dalam kasus baru covid-19 dalam lebih dari 10 bulan pada Kamis karena infeksi di Provinsi Heilongjiang timur laut hampir tiga kali lipat. 28 juta orang telah ditempatkan di bawah karantina rumah di provinsi utara.
Wang Zhishen, yang bekerja di sebuah pabrik peti kemas di Dongguan, pusat ekspor mengatakan, dia mungkin akan tinggal di sana jika pabriknya tetap buka. Meski telah membeli tiket kereta untuk pulang ke Provinsi Gansu, 2.000 kilometer jauhnya.
"Bagaimana jika Anda tidak beruntung dan tertular dalam perjalanan pulang? Maka seluruh keluarga Anda mungkin sakit," kata Zhishen, seperti dikutip AFP, Jumat 15 Januari 2021.
"Jika pabrik saya tidak akan tutup selama liburan, saya pikir akan tinggal di Dongguan saja. Pulang ke rumah terlalu berisiko,” tegasnya.
Bagi sebagian orang, terutama mereka yang tidak memiliki majikan yang dapat menawarkan hadiah dan jaminan kerja selama liburan, berkumpul kembali dengan keluarga masih sepadan dengan risikonya.
Di Stasiun Kereta Beijing minggu ini, seorang pekerja migran berusia 64 tahun bermarga Wang, yang bekerja sebagai pekerja konstruksi di ibu kota, bergegas kembali ke desanya di provinsi Shandong timur sebelum masuk lockdown.
"Tidak ada jalan lain. Kita harus kembali sebelum itu. Kita punya keluarga di rumah," katanya, setelah tiba di stasiun tujuh jam sebelum keretanya meninggalkan Beijing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)