Warga memegang surat kabar yang memperlihatkan petinggi Arab Saudi dan Iran dimediasi Tiongkok. Foto: AFP
Warga memegang surat kabar yang memperlihatkan petinggi Arab Saudi dan Iran dimediasi Tiongkok. Foto: AFP

Menlu Iran-Arab Saudi bertemu di Tiongkok untuk Perkuat Rekonsiliasi

Fajar Nugraha • 06 April 2023 12:47
Beijing: Para menteri luar negeri saingan Iran dan Arab Saudi bertemu di Beijing pada Kamis. Menurut pihak Iran, pertemuan ini membuka jalan bagi normalisasi hubungan di bawah kesepakatan yang ditengahi Tiongkok.
 
“Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian dan mitranya dari Saudi Pangeran Faisal bin Farhan membahas langkah-langkah untuk membuka kembali kedutaan dan konsulat kedua negara,” kata Kementerian Luar Negeri Iran dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip AFP, Kamis 6 April 2023.
 
"Para menteri luar negeri republik Islam Iran dan Arab Saudi bernegosiasi dan bertukar pendapat dengan penekanan pada dimulainya kembali hubungan bilateral secara resmi dan langkah-langkah eksekutif menuju pembukaan kembali kedutaan dan konsulat kedua negara," itu pernyataan itu.
 
Baca: Bikin Adem, Menlu Iran dan Arab Saudi Bakal Ketemuan Langsung.


TV negara Arab Saudi, Al Ekhbariya juga melaporkan bahwa kedua menteri mengadakan pertemuan di Beijing untuk "membahas penerapan perjanjian”. Pihak televisi menayangkan rekaman pasangan tersebut berjabat tangan di depan bendera Saudi dan Iran, dan kemudian berbicara dan tersenyum.
 
Pada 10 Maret, Teheran dan Riyadh mengumumkan kesepakatan untuk memulihkan hubungan yang terputus tujuh tahun lalu ketika pengunjuk rasa di Iran menyerang misi diplomatik Saudi.
 
Pemulihan hubungan yang mengejutkan antara Arab Saudi yang berpenduduk mayoritas Muslim Sunni, pengekspor minyak terbesar di dunia, dan Iran yang berpenduduk mayoritas Syiah, yang sangat berselisih dengan pemerintah Barat terkait kegiatan nuklirnya, memiliki potensi untuk membentuk kembali hubungan di seluruh wilayah yang ditandai dengan pergolakan selama beberapa dekade.
 
Selama percakapan telepon di Maret, para menteri telah berjanji untuk bertemu selama bulan suci Ramadan yang akan berakhir di April.
 
Pejabat Arab Saudi mengatakan, pertemuan tingkat menteri adalah langkah selanjutnya dalam memulihkan hubungan, dan pernyataan Iran pekan lalu berbicara tentang "jalur hubungan yang konstruktif antara kedua negara."
 
Di bawah perjanjian bulan lalu, mereka akan membuka kembali kedutaan dan misi mereka dalam waktu dua bulan dan menerapkan kesepakatan kerja sama keamanan dan ekonomi yang ditandatangani lebih dari 20 tahun lalu.
 
Arab Saudi memutuskan hubungan dengan Iran pada Januari 2016, setelah pengunjuk rasa menyerang kedutaannya di Teheran dan konsulat di kota Masyhad Iran atas eksekusi Riyadh terhadap ulama oposisi Saudi Nimr al-Nimr.
 
Pembicaraan antara para menteri luar negeri diharapkan akan diikuti dengan kunjungan Presiden Iran Ebrahim Raisi ke Riyadh.
 
Raisi menerima undangan dari Raja Salman dari Arab Saudi, Wakil Presiden Pertama Iran Mohammad Mokhber mengkonfirmasi pada hari Senin.

Menantang AS

Iran dan Arab Saudi mendukung pihak-pihak yang bersaing di beberapa zona konflik di seluruh kawasan, termasuk di Yaman, di mana pemberontak Houthi didukung oleh Teheran dan pemimpin Riyadh koalisi militer yang mendukung pemerintah.
 
Kedua belah pihak juga bersaing untuk mendapatkan pengaruh di Suriah, Lebanon, dan Irak.
 
Sekutu tradisional Riyadh, Washington, menyambut baik kesepakatan detente itu, tetapi mengatakan masih harus dilihat apakah Iran akan "menghormati pihak mereka dalam kesepakatan itu".
 
Keberhasilan Tiongkok dalam menyatukan Iran dan Arab Saudi telah menantang peran lama Amerika Serikat sebagai broker kekuatan luar utama di Timur Tengah.
 
Pejabat dari Iran dan Arab Saudi mengadakan beberapa putaran dialog di Baghdad dan Oman sebelum mereka mencapai kesepakatan di Beijing.
 
"Membersihkan kesalahpahaman dan melihat ke masa depan dalam hubungan Teheran-Riyadh pasti akan mengarah pada pengembangan stabilitas dan keamanan regional," tegas kepala Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran Ali Shamkhani, yang merundingkan kesepakatan untuk negaranya, setelah kesepakatan itu tercapai.
 
Dia menambahkan bahwa perjanjian tersebut dapat "meningkatkan kerja sama antara negara-negara Teluk Persia dan dunia Islam untuk mengelola tantangan yang ada."
 
Pada 2016 sejumlah negara Teluk mengikuti tindakan Riyadh dalam mengurangi hubungan dengan Teheran, tetapi mereka telah memimpin dalam memulihkan hubungan diplomatik.
 
Iran menyambut duta besar Emirat September lalu, setelah enam tahun absen, dan pada hari Rabu menunjuk duta besarnya sendiri untuk UEA, setelah absen selama hampir delapan tahun.
 
Tahun lalu Iran mengatakan Kuwait telah mengirim duta besar pertamanya ke Teheran sejak 2016.
 
Iran juga menyambut baik kemungkinan pemulihan hubungan dengan Bahrain, sekutu dekat Saudi, yang di masa lalu menuduh Iran mendukung pemberontakan yang dipimpin Syiah di kerajaan yang dikuasai Sunni itu, sebuah tuduhan yang dibantah Teheran.
 
"Perkembangan positif ini dapat terjadi dalam kaitannya dengan negara-negara lain di kawasan ini, termasuk Bahrain," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanani bulan lalu.
 

 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan