Tetapi ancaman itu telah memburuk selama beberapa dekade, sebagian karena pembangunan bendungan dan tanggul yang meluas yang telah memutuskan hubungan antara sungai dan danau yang berdekatan. Hal tersebut mengganggu dataran banjir yang telah membantu menyerap gelombang musim panas.
Banjir pun menyebabkan kereta bawah tanah terendam air.
“Di kota terdekat Zhengzhou, setidaknya 12 orang tewas dan dua lainnya hilang sejak hujan lebat mulai mengguyur kota itu. Beberapa rumah-rumah itu juga roboh,” sebut media People's Daily.
Media lokal melaporkan bahwa dua orang tewas ketika tembok runtuh di distrik lain di kota itu. Menurut otoritas cuaca, curah hujan adalah yang tertinggi yang tercatat sejak pencatatan dimulai enam puluh tahun lalu karena kota itu mengalami curah hujan rata-rata setahun hanya dalam tiga hari.
Pihak berwenang menutup sistem kereta bawah tanah Zhengzhou yang kebanjiran dan membatalkan ratusan penerbangan. Video yang belum diverifikasi di media sosial menunjukkan penumpang di gerbong kereta bawah tanah yang banjir di Zhengzhou berpegangan pada pegangan saat air di dalamnya melonjak setinggi bahu, dengan beberapa berdiri di kursi.
Air terlihat memancar melalui platform bawah tanah yang kosong seperti diperlihatkan dari televisi CCTV. Di akun Weibo resminya, dinas pemadam kebakaran membagikan laporan bahwa penumpang diselamatkan dari kereta yang terdampar, tetapi tidak memposting pernyataannya sendiri.
Salah satu akun penumpang mengatakan petugas pemadam kebakaran dan penyelamat telah membuka lubang di atap gerbongnya dan mengevakuasi penumpang satu per satu. Rekaman menunjukkan seorang pria duduk di atas mobilnya yang setengah terendam di sebuah underpass.
Lebih dari 10.000 orang telah dievakuasi pada Selasa sore, kata pemerintah provinsi, memperingatkan bahwa 16 waduk telah melihat air naik ke tingkat yang berbahaya karena hujan merusak ribuan hektar tanaman dan menyebabkan kerusakan sekitar USD11 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News