Pejabat Menteri Pendidikan tinggi Taliban, Abdul Baqi Haqqni menuturkan kelas perempuan dan laki-laki akan dipisah. Kelas campuran gender dilarang.
"Orang-orang Afghanistan akan melanjutkan pendidikan tinggi mereka berdasarkan hukum Syariah dengan aman tanpa berada dalam lingkungan campuran laki-laki dan perempuan," kata Abdul dikutip dari Antara, Selasa, 31 Agustus 2021.
Dia menambahkan Taliban sedang menciptakan kurikulum yang masuk akal dan Islami. Kurikulum harus sejalan dengan nilai-nilai Islam, nasional, sejarah Afghanistan, dan dapat bersaing dengan negara lain.
Sebagian besar sekolah di Afghanistan sudah dipisahkan berdasarkan gender sebelum pengambilalihan Taliban awal September 2021. Berdasarkan data Human Rights Watch, diperkirakan dua pertiga anak perempuan di negara itu tidak bersekolah.
Baca: Taliban Sebut Pemimpin Agung Hibatullah Akhundzada Ada di Kandahar
Taliban sempat berkuasa dari 1996-2001. Taliban melarang perempuan dan anak perempuan sekolah maupun bekerja.
Kelompok militan itu mengeklaim bahwa ke depan mereka akan menghormati hak-hak perempuan berdasarkan hukum Islam. Taliban juga memastikan tak akan membalas dendam kepada warga Afghanistan yang dulu bekerja dengan musuh-musuhnya.
Namun, sejumlah informasi buruk beredar setelah Taliban seminggu mengambil alih Afghanistan. Salah satunya, anggota Taliban memukuli seorang pengemudi becak karena mengangkut seorang guru perempuan yang bepergian tanpa pendamping laki-laki.
Adapula merempuan dan anak perempuan di beberapa wilayah yang direbut Taliban juga dilarang pergi ke sekolah atau meninggalkan rumah tanpa pendamping laki-laki. Akibatnya, ribuan orang mencoba melarikan diri dari Afghanistan karena takut Taliban akan memperkenalkan kembali rezim lama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News