Menurut Khairy, langkah ini dilakukan untuk memperkuat persenjataan mereka melawan pandemi virus korona (covid-19).
Malaysia menghabiskan sekitar USD500 juta untuk membeli cukup dosis vaksin. Mereka berharap bisa menyuntik 26,5 juta atau 82,8 persen dari populasinya.
Negeri Jiran telah membeli vaksin dari produsen obat Amerika, Pfizer dan AstraZeneca dari Inggris. Namun, mereka juga mengharapkan lebih banyak vaksin dari produsen Tiongkok dan Rusia.
Baca juga: Uji Fase 3 Vaksin Covid-19 Rusia Perlihatkan Kemanjuran 91,4 Persen
Malaysia juga bergabung dalam Fasilitas COVAX Global yang didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Pemerintah telah meningkatkan target pasokan vaksin untuk memperhitungkan risiko. Beberapa vaksin kemungkinan tidak disetujui oleh regulator.
"Kami ingin memiliki lebih banyak penyangga," seru Khairy, dilansir dari Malay Mail, Rabu, 23 Desember 2020.
Selain pembicaraan dengan Institut Gamaleya Rusia, pengembang vaksin Sputnik V, Malaysia juga sedang berdiskusi dengan produsen vaksin Tiongkok, Sinovac Biotech dan CanSino Biologics untuk membeli vaksin mereka.
Kesepakatan dengan pabrikan Tiongkok dan Rusia akan mencakup kerja sama dengan perusahaan Malaysia untuk melakukan pekerjaan pengisian dan penyelesaian.
Malaysia juga telah mendapatkan 6,4 juta dosis vaksin AstraZeneca melalui COVAX, dua kali lipat jumlah yang telah disepakati untuk dibeli dari produsen obat tersebut.
Pemerintah juga sedang bernegosiasi dengan Pfizer tentang opsi untuk meningkatkan pembelian vaksin untuk menutupi 20 persen populasi lagi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News