Srettha diperkirakan akan memenangkan voting dan menjadi perdana menteri Thailand, usai berbulan-bulan krisis politik di negara itu.
Parlemen pada Selasa, 22 Agustus 2023 pagi waktu setempat, melanjutkan sidang gabungan DPR dan Senat untuk memilih perdana menteri. Srettha Thavisn menjadi satu-satunya kandidat yang diajukan.
Pemimpin Pheu Thai Cholnan Srikaew mencalonkan Srettha ke parlemen pada pukul 10.57 pagi. Kemudian Presiden Parlemen Wan Muhamad Noor Matha menanyakan pada sidang apakah ada calon perdana menteri lainnya.
Dilansir dari Bangkok Post, pencalonan tersebut dilakukan dalam sidang gabungan ketiga parlemen untuk pemungutan suara perdana menteri, 100 hari setelah pemilihan umum 14 Mei.
Pada sesi pertama 13 Juli, parlemen memberikan suara menentang Pita Limjaroenrat, pemimpin dan kandidat perdana menteri dari Partai Move Forward (MFP) yang memenangkan pemilu.
Pada sidang kedua 19 Juli, parlemen menolak pencalonan kembali Pita dengan suara mayoritas, dengan alasan mosi yang gagal tidak dapat diajukan kembali dalam sidang parlemen yang sama. Hal ini didasarkan pada Regulasi Parlemen No.41
Senator Wiwat Saengsuriyachat mengatakan dia hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang Srettha dan Partai Pheu Thai belum membagikan profil tertulis kandidat mereka kepada anggota parlemen.
“Saya hanya melihat laporan berita tentang dia dan ada banyak tuduhan terhadapnya,” kata Wiwat.
Eks Kepala Pengembang Properti
Suratin Pijarn, pemimpin Partai Demokrasi Baru, mengatakan dia tidak mengetahui rincian tentang Srettha dan hanya mengetahui bahwa calon perdana menteri tersebut "membangun rumah untuk dijual." Srettha adalah mantan kepala eksekutif pengembang properti Sansiri Plc.Chaithawat Tulathon, sekretaris jenderal Partai Move Forward mengatakan, rencana pembentukan pemerintahan Pheu Thai dengan partai Palang Pracharath dan Persatuan Bangsa-Bangsa Thailand akan melayani kepentingan pembuat kudeta dan tidak memenuhi tuntutan pemilih.
Partai Palang Pracharath dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri sementara Jenderal Prawit Wongsuwon dan Partai Persatuan Bangsa-Bangsa Thailand sebelumnya memiliki Perdana Menteri sementara Prayuth Chan-ocha sebagai calon perdana menterinya.
Pada Juli lalu, Prayuth mengumumkan pengunduran dirinya dari politik, sembilan tahun setelah ia mengambil alih kekuasaan melalui kudeta sebagai panglima militer.
Sebelum perdebatan mengenai pemilihan perdana menteri dimulai, Presiden Parlemen Wan menolak protes MFP terhadap keputusan parlemen pada 19 Juli yang menghalangi pencalonan kembali pemimpinnya Pita Limjaroenrat sebagai perdana menteri.
Baca juga: Petisi Ditolak, Peluang Pita Limjaroenrat untuk Pimpin Thailand Tertutup
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News