Menurut Nasaruddin Umar, pemuda adalah pelopor sejarah bangsa Indonesia dan juga bangsa-bangsa lain di seluruh dunia. Ia mengatakan hampir semua tokoh berpengaruh di dunia memulai gerakannya di usia muda.
Bahkan saat era para nabi, lanjut Nasaruddin Umar, tidak ada satu pun tokoh yang "dilantik" menjadi nabi saat usianya sudah uzur.
Mengenai Sumpah Pemuda, Nasaruddin Umar mengatakan bahwa penelusurannya harus dilihat dari sejarah bangsa Indonesia sebagai masyarakat maritim. Di saat Indonesia masih bernama Hindia Belanda, masyarakatnya menjalani kehidupan dalam persatuan dalam budaya maritim.
"Filosofi masyarakat maritim kala itu memiliki aturan, yaitu ada tiga hal yang menjadi milik bersama. Pertama, pantai milik bersama. Semua perahu dari mana pun boleh merapat," tutur Nasaruddin Umar.
"Kedua, air tawar tidak dapat dimonopoli. Semua yang mau ambil air dari sungai, ya ambil saja," sambung pria 63 tahun itu.
"Ketiga, api. Api juga masuk dari sesuatu yang tidak dapat dimonopoli," sebut Nasaruddin Umar.
Budaya maritim ini disebut Nasaruddin Umar menyatukan semua warga Indonesia, termasuk kelompok pemuda, dari beragam etnik. Ia mengatakan, hal inilah yang kemudian mendorong lahirnya wawasan nusantara, Bhineka Tunggal Ika dan juga Pancasila.
Tiga komponen tersebut menyatukan indonesia sebagai negara maritim. Kala itu, Indonesia selalu jadi Jalur Sutra, di mana warga negara asing berdagang atau sekadar melewati Indonesia.
"Konsep Bhineka Tunggal Ika, Sumpah Pemuda, Pancasila, itu mengelaborasi filosofi budaya maritim. Walau kita berbeda warna kulit, tetapi kita dipersatukan ratusan tahun, ribun tahun, dengan filosofi Api, Air Tawar dan Pantai itu tadi," ungkap Nasaruddin Umar.
Baca: Ini Tokoh-Tokoh di Balik Lahirnya Sumpah Pemuda
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News