Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta Nasaruddin Umar dalam webinar Sumpah Pemuda di Jakarta, 26 Oktober 2022. (Institut Leimena)
Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta Nasaruddin Umar dalam webinar Sumpah Pemuda di Jakarta, 26 Oktober 2022. (Institut Leimena)

Nasaruddin Umar: Kesatuan Budaya Maritim Dorong Lahirnya Sumpah Pemuda

Willy Haryono • 26 Oktober 2022 21:50
Jakarta: Sumpah Pemuda di tahun 1928 tidak datang di ruang kosong, tidak tiba-tiba terbentuk begitu saja. Demikian disampaikan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar dalam pidato pembukaan di webinar berjudul "Sumpah Pemuda dan Literasi Keagamaan Lintas Budaya: Merekat Perbedaan, Menjalin Kemanusiaan" yang digelar hari Rabu, 26 Oktober 2022.
 
Menurut Nasaruddin Umar, pemuda adalah pelopor sejarah bangsa Indonesia dan juga bangsa-bangsa lain di seluruh dunia. Ia mengatakan hampir semua tokoh berpengaruh di dunia memulai gerakannya di usia muda.
 
Bahkan saat era para nabi, lanjut Nasaruddin Umar, tidak ada satu pun tokoh yang "dilantik" menjadi nabi saat usianya sudah uzur.

Mengenai Sumpah Pemuda, Nasaruddin Umar mengatakan bahwa penelusurannya harus dilihat dari sejarah bangsa Indonesia sebagai masyarakat maritim. Di saat Indonesia masih bernama Hindia Belanda, masyarakatnya menjalani kehidupan dalam persatuan dalam budaya maritim.
 
"Filosofi masyarakat maritim kala itu memiliki aturan, yaitu ada tiga hal yang menjadi milik bersama. Pertama, pantai milik bersama. Semua perahu dari mana pun boleh merapat," tutur Nasaruddin Umar.
 
"Kedua, air tawar tidak dapat dimonopoli. Semua yang mau ambil air dari sungai, ya ambil saja," sambung pria 63 tahun itu.
 
"Ketiga, api. Api juga masuk dari sesuatu yang tidak dapat dimonopoli," sebut Nasaruddin Umar.
 
Budaya maritim ini disebut Nasaruddin Umar menyatukan semua warga Indonesia, termasuk kelompok pemuda, dari beragam etnik. Ia mengatakan, hal inilah yang kemudian mendorong lahirnya wawasan nusantara, Bhineka Tunggal Ika dan juga Pancasila.
 
Tiga komponen tersebut menyatukan indonesia sebagai negara maritim. Kala itu, Indonesia selalu jadi Jalur Sutra, di mana warga negara asing berdagang atau sekadar melewati Indonesia.
 
"Konsep Bhineka Tunggal Ika, Sumpah Pemuda, Pancasila, itu mengelaborasi filosofi budaya maritim. Walau kita berbeda warna kulit, tetapi kita dipersatukan ratusan tahun, ribun tahun, dengan filosofi Api, Air Tawar dan Pantai itu tadi," ungkap Nasaruddin Umar.
 
Baca:  Ini Tokoh-Tokoh di Balik Lahirnya Sumpah Pemuda
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan