Dorama suasana saat Wage Rudolf Supratman memperdengarkan lagu “Indonesia” di Kongres Pemuda Kedua. DOK Laman Museum Sumpah Pemuda
Dorama suasana saat Wage Rudolf Supratman memperdengarkan lagu “Indonesia” di Kongres Pemuda Kedua. DOK Laman Museum Sumpah Pemuda

Ini Tokoh-Tokoh di Balik Lahirnya Sumpah Pemuda

Renatha Swasty • 25 Oktober 2022 15:24
Jakarta: Sumpah Pemuda merupakan hasil buah pikiran pelajar-pelajar yang tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI). Mereka mengadakan Kongres Pemuda Kedua yang diharapkan menghasilkan keputusan lebih maju dari Kongres Pemuda Pertama.
 
Kongres Pemuda Pertama berhasil diselesaikan perbedaan-perbedaan sempit berdasarkan kedaerahan dan tercipta persatuan bangsa Indonesia. Sementara itu, Kongres Pemuda Kedua menghasilkan Sumpah Pemuda.
 
Pemikiran itu dirumuskan di Gedung Indonesische Clubgebouw yang didirikan oleh Sie Kong Lian pada awal 1900-an. Gedung yang berada di atas luas lahan 1.284 ini lalu menjadi pondokan pelajar seiring dengan pertumbuhan sekolah-sekolah.

Pelajar yang tidak tertampung di asrama tinggal di luar asrama. Salah satu tempat di luar asrama tersebut di antaranya Gedung Indonesische Clubgebouw. Pada 1925 gedung ini disewakan kepada Jong Java sebagai tempat tinggal dan berlatih kesenian “Langen Siswo” dan berdiskusi mengenai politik.
 
Pada September 1926 Gedung Indonesische Clubgebouw dijadikan kantor PPPI sekaligus kantor redaksi majalah PPPI, Indonesia Raja. Seiring berjalannya waktu, Gedung Indonesische Clubgebouw sudah dihuni pelajar yang berasal dari berbagai daerah.
 
Pelajar itu di antaranya Muhammad Yamin, Abu Hanifah, Amir Sjarifuddin, A.K. Gani, Setiawan, Soerjadi, Mangaraja Pintor, Sugondo Djojopuspito, dan Asaat. Selain itu, Gedung Indonesische Clubgebouw turut menjadi saksi penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua, termasuk diperdengarkannya lagu Indonesia Raya oleh Wage Rudolf Supratman dan lahirnya ‘Sumpah Pemuda’.
 
Berikut tokoh-tokoh penting yang ikut andil dalam perumusan Sumpah Pemuda:
  1. Sie Kong Liong
  2. Wage Rudolf Supratman
  3. Mohammad Yamin
  4. Sarmidi Mangoensarkoro
  5. Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo
  6. Kasman Singodimedjo
  7. Mohammad Roem
  8. Adnan Kapau Gani
  9. Amir Syarifuddin Harahap
  10. Soegondo Djojopoespito
  11. Djoko Marsaid
  12. Johannes Leimena
  13. Soenario Sastrowardoyo

Sejarah Sumpah Pemuda

Pada awal abad 20 Kebijakan Politik Etis yang dicetuskan kelompok liberal memicu perubahan tatanan kehidupan masyarakat di Hindia Belanda. Dalam rangka memenuhi salah satu butir Kebijakan Politik Etis tersebut, yakni pendidikan, Pemerintah kolonial membangun sekolah-sekolah sekaligus memberikan kesempatan kepada kalangan pemuda bumiputra mengenyam bangku pendidikan ala barat.
 
Setelah lulus, pemuda bumiputra diperkenankan menjadi pegawai pemerintahan atau melanjutkan studi di dalam negeri maupun di Belanda. Di sisi lain, mereka perlahan-lahan menjelma menjadi kalangan elite baru yang memiliki kesadaran akan nasib penderitaaan sebagai bangsa terjajah.
 
Sebagai bentuk kesadaran sebagai sesama anak bangsa, pemuda bumiputra lalu berkumpul menghimpun suatu wadah aspirasi dalam bentuk organisasi, seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Celebes, Pemoeda Kaum Betawi, dan sebagainya walaupun sejatinya organisasi yang didirikan oleh mereka masih bersifat kedaerahan.
 
Tak mau kalah, pelajar yang menimba ilmu di negeri Belanda turut membentuk organisasi bernama Indische Vereeniging pada 1908. Pada 1925, organisasi yang berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI) ini mengeluarkan sebuah manifesto yang dikenal sebagai Manifesto Perhimpunan Indonesia.
 
Isi manifesto tersebut di antaranya mengedepankan persatuan nasional dan mengesampingkan perbedaan sempit yang bersifat kedaerahan.
 
Manifesto Perhimpunan Indonesia 1925 berdampak cukup signifikan di Hindia Belanda. Pada 15 November 1925 diadakan pertemuan yang dihadiri oleh Soemarto, Soewarso, Mohammad Tabrani (Jong Java); Bahder Djohan, Djamaludin, Sarbaini (Jong Sumatranen Bond); Jan Toule Soulehuwij (Jong Ambon); Sanoesi Pane (Jong Batak), Jong Minahasa, Sekar Rukun beserta beberapa pemuda lainnya untuk membentuk sebuah panitia yang bertugas menyelenggarakan Kongres Pemuda Indonesia Pertama.
 
Tujuan diadakan kongres ini adalah menggugah semangat kerja sama di antara organisasi-organisasi pemuda. Kongres Pemuda Pertama diselenggarakan pada 30 April-2 Mei 1926 di Jakarta dan dihadiri oleh Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Minahasa, dan Jong Batak.
 
Titik berat Kongres Pemuda Pertama adalah penyebaran jiwa nasionalisme Indonesia di kalangan pemuda. Selain itu, terdapat usul untuk melakukan fusi terhadap semua organisasi pemuda demi Indonesia Merdeka.

Kongres Pemuda Kedua

Kongres Pemuda Kedua diadakan pada 27-28 Oktober 1928. Kongres ini merupakan lanjutan dari Kongres Pemuda Pertama.
 
Penggagas Kongres Pemuda II adalah Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI). Kongres ini dihadiri oleh 750 peserta yang berasal dari berbagai organisasi, seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Batak, Pemoeda Indonesia, Jong Islamieten Bond, Jong Celebes, Sekar Rukun, Jong Ambon, dan Pemuda Kaum Betawi.
 
Kongres berlangsung di tiga tempat berbeda dan dibagi dalam tiga rapatdengan susunan panitia sebagai berikut:
  1. Ketua: Soegondo Djojopoespito (PPPI)
  2. Wakil Ketua: Djoko Marsaid (Jong Java)
  3. Sekretaris: Muhammad Yamin (Jong Sumatranen Bond)
  4. Bendahara: Amir Sjarifuddin (Jong Batak)
  5. Pembantu I: Djohan Mohammad Tjaja (Jong Islamieten Bond)
  6. Pembantu II: R. Katjasoengkana (Pemuda Indonesia)
  7. Pembantu III: R.C.L Senduk (Jong Celebes)
  8. Pembantu IV: Johannes Leimena (Jong Ambon)
  9. Pembantu Rochjani Soe’oed (Pemoeda Kaoem Betawi).
Pada rapat pertama atau Sabtu, 27 Oktober 1928 yang berlangsung di Gedung Katholieke Jongelingen Bond, Muhammad Yamin, berpidato dengan judul “Persatuan dan Kebangsaan Indonesia”. Menurut Muhammad Yamin, persatuan dan kebangsaan Indonesia merupakan hasil kemauan sejarah panjang Nusantara yang disebutnya Roh Indonesia.
 
Kesamaan adat dan bahasa, upaya berbagai kerajaan menyatukan nusantara, persatuan yang dipaksa oleh Belanda, semua itu merupakan proses menuju persatuan dan kebangsaan Indonesia.
 
Pada rapat kedua atau Minggu 28 Oktober 1928 yang berlangsung di Gedung Oost-Java Bioscoop, topik pembahasan  mengenai pendidikan dan peranannya dalam mewujudkan kebangsaan. Ada dua pembicara antara lain Poernamawoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro. Mereka membahas mengenai pentingnya pendidikan bagi seorang anak.
 
Pada rapat ketiga, Minggu 28 Oktober 1928, yang berlangsung di Gedung Indonesische Clubgebouw (sekarang Museum Sumpah Pemuda) dirumuskan sebuah hasil putusan rapat oleh Muhammad Yamin. Sebelum dibacakan, terlebih dahulu diperdengarkan lagu Indonesia Raya gubahan Wage Rudolf Supratman.
 
Peserta yang hadir dibuat tertegun oleh permainan biola Wage Rudolf Supratman. Bahkan, mereka meminta wartawan Sin po tersebut untuk mengulangi lantunan lagu Indonesia Raya. Namun, Wage Rudolf Supratman melantunkannya hanya sekali.
 
Setelah mendengar lagu ciptaan Wage Rudolf Supratman, barulah Ketua Panitia Kongres Pemuda Kedua Soegondo Djojopoespito membacakan hasil putusan rapat yang hari ini dikenal sebagai ikrar ‘Sumpah Pemuda’. Isi putusan rapat tersebut adalah:
 
Pertama, Kami putra dan putri Indonesia mengaku, bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia
Kedua, Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
Ketiga,Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

 
Baca juga: Sejarah Gedung Sumpah Pemuda, Pernah jadi Toko Bunga hingga Hotel

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan